Setnov tentu memiliki agenda-agenda politik tersendiri. Sebagai mantan bendahara Golkar yang sangat piawai mendulang rupiah, Setnov akan membawa Golkar menjadi partai yang kuat secara finansial. Dengan kekuatan itu, Golkar tidak akan lagi menjadi subordinasi dalam percaturan politik tanah air sebagaimana yang dilakoni selama di bawah kendali Ical.
Golkar tidak perlu lagi memikirkan kepentingan partai-partai yang dulu tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) karena forum Munaslub juga sudah secara resmi menyatakan Golkar keluar dari koalisi yang diinisiasi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan kader-kader Partai Keadilan Sejahtera tersebut.
Komposisi kepengurusan DPP juga masih akan tetap didominasi wajah-wajah lama yang kemarin mendukung Munas Bali. Setnov hanya akan mengakomodir beberapa nama dari kubu Munas Ancol yang sudah terang-terangan mendukung dirinya seperti Agus Gumiwang Kartasasmita. Kemungkinan yang paling realistis, Setnov akan menyerahkan jabatan ketua fraksi kepada Agus sehingga menutup peluang Bambang Soesatyo.
Konsolidasi di level DPD, terutama DPD II akan berlangsung kondusif karena kekuatan finansial Setnov. Pada tahun pertama kepemimpinannya, Setnov tidak akan ‘memeras’ DPD namun meminta loyalitas tanpa syarat. Untuk yang satu ini, Setnov memiliki ketegasan yang tidak ada dalam diri Ical. Setnov tipe pemimpin ndableg- tidak mudah digertak, sehingga kader-kader di bawah tidak akan terlalu berani mengumbar ketidakpatuhannya karena pasti akan langsung berujung pada pemecatan.
Bagaimana dengan Jokowi? Meski kemenangan Setnov sudah sesuai harapannya, namun ada beberapa hal yang harus menjadi catatan. Benar, Jokowi tidak perlu memperhitungkan kemungkinan Setnov akan menjadi penantangnya dalam Pilpres 2019. Tetapi bukan mustahil Setnov akan meminta imbalan yang luar biasa berat manakala Jokowi membutuhkan dukungannya.
Sebagai penagih hutang yang handal- salah satunya berhasil menagih piutang Bank Bali di Bank Dagang Nasional Indonesia, Bank Umum Nasional, dan Bank Tiara sebesar Rp 3 triliun, Setnov tidak akan melepas begitu saja modal yang dimiliki untuk kepentingan pihak lain. Aset politik yang dimiliki Golkar sangat potensial untuk digunakan sebagai kekuatan penekan agar keinginannya tercapai. Riza Chalid pun bisa tidur nyenyak saat nanti pulang ke Indonesia seiring perubahan peta kekuatan politik saat ini.
Jadi, Jokowi harus mewaspadai gerak Setnov dari sisi ekonomi, bukan kekuasaan. Di bawah kendali Setnov, Golkar akan menjadi alat gebuk untuk target-target tertentu di luar urusan politik.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H