Aku beberapa kali menjadi sasaran kemarahan para pendukung Ahok yang jumlahnya lumayan dominan di sini. Di akhir perdebatan, atau sela-sela itu pasti mereka dengan enteng menyebut aku goblok, rasis, orangnya Haji Lulung, FPI dan sebagainya. Mirisnya lagi yang mengatakan begitu bukan warga Jakarta. Mereka hanya tahu (sekilas) dari pemberitaan lalu dipakai untuk men-judge orang-orang yang mengkritik kebijakannya.
Jika kebijakan seorang pemimpin sudah tidak boleh dikritik, maka Anda tengah membiarkan datanganya pemimpin tiran.
Aku tidak menafikan ada sekelompok orang yang mendiskreditkan Ahok melalui isu-isu agama dan ras. Aku dan sebagian besar warga DKI sangat-sangat menghujat perilaku mereka. Sebagai bukti bagaimana warga Jakarta tidak terpengaruh dan malah antipati terhadap isu yang usung kelompok kecil itu, sampai detik ini belum ada warga DKI di luar kelompok kecil itu, yang mendemo Ahok dan memintanya untuk mundur dengan alasan agama maupun ras.
Tetapi mengapa sekarang justru pendukung Ahok yang dengan gampang menyudutkan orang lain dengan isu SARA hanya karena orang tersebut tidak sependapat dengan satu-dua kebijakan Ahok?
Jika aku tidak akan memilih Ahok pada PIlgub DKI mendatang, bukan karena aku fans Haji Lulung, bukan karena aku anggota kelompok kecil pemilik gubernur tandingan, bukan pula karena rasis. Politik itu soal pilihan; memilih calon pemimpin yang kebijakannya sesuai dengan harapanku, sesuai hati nuraniku. Apa itu salah? Apa itu rasis? Jika jawabannya ‘iya’, Anda sebenarnya lebih rasis dari kelompok kecil yang berkantor di Petamburan itu.
Salam @yb
---
Referensi: Trotoar Dibiarkan Jadi Tempat Jualan, ke Mana Ahok?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H