Mohon tunggu...
Yonathan Rahardjo
Yonathan Rahardjo Mohon Tunggu... -

Novelis berbasis drh-pelukis-penulis-pembacapuisi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran, Keabadian dan Misteri...

8 Maret 2014   17:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Windi tidak tampil di spectacular 3 Indonesian Idol 2014 lantaran ayahnya sakit lalu meninggal. Oliver Twist tidak pulang ke rumah tuan penolongnya lantaran terhadang teman-teman pencuri dan meringkuk lagi dalam kegelapan gerombolan ini. Begitu banyak peristiwa dalam keseharian yang begitu tiba-tiba. Tak terprediksi. Ada kalanya berujung hilangnya nyawa.

Seperti tetangga di desa tempat tinggal istri saya. Akhirnya kemarin saya melayat hingga pemakaman Sutrisno, salah satu dari dua Sutrisno yang diserempet mobil, katanya. Mobilnya melarikan diri. Tabrak lari. Dua Sutrisno terkapar di jalan. Darahnya menggenang dan lama menyisakan pesan di jalan raya yang saban hari dilewati truk-truk besar Surabaya-Jakarta. Pukul satu malam kejadiannya, konon dua Sutrisno ini mabuk dan bersepeda motor skuter matik. Jejak darahnya di tengah hampir kanan satu jalur Surabaya-Jakarta. Jelas mereka tak berhelem, darah mengucur terus dari Sutrisno yang tewas. Sutrisno yang satu kepalanya diperban, waktu kami tengok di rumah sakit. Tak ada yang menyangka kejadian ini begitu cepat. Sekarang Sutrisno yang tewas sudah di dalam kuburan. Di atas tanah kuburannya ditaruh kendi berisi air, dan toples berisi air dan bunga. Di sisi dua patok kuburannya ditanam pisang. Pakaian saat kecelakaan ditanam di sebelah selatan patok untuk sisi kaki. Kemarin lusa dia masih beraktivitas di bumi, sekarang hanya jasadnya yang dalam tanah juga di bumi. Semua tak ada yang tahu kejadiannya bakal begini.

Mungkin hanya firasat yang berbicara. Sayangnya rata-rata tidak peka akan isyarat ini. Pada ajang Indonesian Idol, di sisi bawahnya Husin dan Wiranti pun sebetulnya tak ada yang memprediksi seratus persen benar. Hanya dari penampilan dan komentar juri, Wiranti termasuk paling biasa. Dalam perhitungan sms sessi ke dua memang dia di bawah sendiri. Namun tak ada yang memprediksi Husin juga bersama di bawah. Yang diketahui orang pada sesi pertama Virza yang ada di bottom two. Rupanya posisi kunci di tiap-tiap sessi bukan berarti akan menjadi kunci pula di keseluruhan sessi. Ada probabilitas. Ini yang dipakai sebagai isyarat. Namun sesungguhnya yang bakal terjadi tetap teka-teki.

Isyarat kematian Sutrisno satu juga pasti begitu. Ada kepastian dalam kemungkinan, ada kemungkinan dalam ketidakjelasan. Yang pasti dapat dinilai ada nilai kesembronoan dalam kecelakaan maut itu. Mabuk, ngebut, tidak pakai helem, gelap malam, mengantuk. Mungkin semua jadi satu. Akibatnya tidak ada kehati-hatian. Akibat tidak ada kehati-hatian, nyawa dipertaruhkan. Dan melayang ketika benar kepalanya berbenturan dengan benda keras. Aspal. Badan sepeda motor. Badan mobil. Faktor kecepatan berbicara terhadap keras lemahnya benturan. Semua dapat dirangkum untuk sebuah peristiwa. Mendekati kebenaran adalah sebuah upaya.

Dengan tata nilai semacam rangkuman peristiwa itu, setidaknya kita dapat menata ulang sejarah. Kalaupun sejarah yang sudah terjadi tak bakal terulang lagi, tak dapat dikembalikan, tak dapat diperbaiki, setidaknya dalam memori dan penceritaan kita dapat merangkai. Di sini muncul keabadian. Keabadian memori, cerita. Entah sampai kapan. Minimal bagi Windi Idol, keabadian kisah meninggalnya ayahnya dan absennya dia di spectacular 3 akan menghantuinya selama seminggu ke depan ini. Di situ dia akan mempertaruhkan konsentrasi dan kemampuan menyanyi tak goyah oleh musibah. Meski yang berbicara lolos tidaknya dia tetap sms penonton. Atau hak veto juri. Atau Campur Tangan Tuhan. Berlaku lagi sebuah misteri, di balik semua kejadian, Tangan itu tetap diperbincangkan....

Oliver Twist memang tak berpikir bahwa tuan penolongnya menganggap dia benar-benar penipu --karena tak balik pulang setelah mengembalikan buku ke tukang buku. Kalaulah Oliver tahu ada Tangan itu, dia tak bakal patah arang sungguhan kalau benar-benar dia tahu pikiran tuan penolongnya itu. Bahwa di matanya, Oliver benar-benar penipu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun