Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Yuk, Nonton Film Indonesia"

31 Oktober 2011   06:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:15 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_145491" align="alignnone" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] "Nggak ah, jelek. Mending nonton film hollywood !! ". Mungkin itulah kata-kata yang akan keluar dari sebagian orang yang kita coba ajak untuk menonton film Indonesia. Tidak bisa disalahkan bila orang tersebut menolak, karena image film Indonesia sudah sangat rendah saat ini. Bagaimana tidak, ekspektasi para penonton yang ingin menyaksikan film Indonesia berkualitas harus pupus dengan kehadiran film-film horror sensual yang kualitasnya tentu saja tidak bisa dipertanggung jawabkan. Kita pasti sudah tahu bagaimana kehadiran satu film Indonesia yang berkualitas terkadang harus dikalahkan oleh dominasi film hollywood dan tentu saja film horror Indonesia yang "kacangan". Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat baik untuk menghasilkan film berkualitas yang hasilnya dapat dinikmati bukan hanya di Indonesia sendiri namun juga dapat dinikmati hingga ke mancanegara. Aktor/aktris berkualitas yang sangat banyak dan terus tumbuh sampai saat ini, lokasi shooting yang jumlahnya lebih dari cukup terutama lokasi yang eksotis seperti pulau-pulau kecil dan sebagainya, dan kejadian yang terjadi saat ini atau sejarah yang dapat dijadikan sebagai ide cerita yang jumlahnya sangat banyak dan bebas untuk dieksplorasi. Itulah 3 hal potensial yang dimiliki Indonesia untuk dapat menjadikan film Indonesia "langganan" penonton mancanegara. Film seperti the raid, laskar pelangi, ayat-ayat cinta, rumah dara, dan sebagainya sudah banyak yang berpentas di event internasional. Namun tetap saja, image Indonesia dapat menghasilkan film berkualitas sudah dikalahkan oleh film-film "kacangan" yang beredar luas di Indonesia saat ini, yang perlahan tapi pasti sukses "mencuci otak" masyarakat Indonesia. Lagi-lagi film yang berkualitas kalah jumlah dengan film-film yang mementingkan "kuantitas". Ada 3 hal penting yang dilupakan sineas Indonesia dalam menggarap film-film yang memiliki tema sederhana, dalam hal ini contohnya film horror, komedi atau kisah cinta remaja. Namun tidak tertutup kemungkinan juga untuk film-film lain seperti film bertemakan perang, sejarah atau politik. Perlu diingat, 3 hal ini adalah 3 hal penting dalam perfilman Indonesia menurut saya, bila ada yang kurang dapat pembaca tambahkan sendiri. 3 hal tersebut adalah : 1. Riset Ya, sineas Indonesia yang menggarap film horror seakan melupakan hal paling penting ini. Mungkin menurut para sineas horror, asal pemeran utamanya berteriak di sepanjang film dan diiringi musik latar yang menegangkan, itu sudah menjadi film horror yang baik dan memuaskan penontonnya. Hal itu salah besar, karena di amerika sendiri yang juga memiliki banyak film horror, tetap memasukkan riset sebagai landasan utama pembuatan film nya agar jalan ceritanya semakin kuat dan tidak asal buat. Film-film horror amerika yang agak berat jalan ceritanya misalnya dengan memasukkan unsur sejarah di film tersebut, dapat memakan waktu yang sangat lama dalam pembuatannya dan bisa sampai 2 atau 3 tahun hanya untuk riset dan mencari fakta di lapangan untuk kemudian digabungkan dengan sentuhan fiksi di film tersebut. Hal itu dibutuhkan agar penonton bukan hanya sekedar teriak, namun juga merasakan cerita serta ketakutan nya bahkan sampai film tersebut usai. Sedangkan di Indonesia, mungkin hanya butuh waktu 2-4 bulan untuk menghasilkan satu film horror. Setelah film nya diedarkan, tak lama kemudian sutradara yang sama mengeluarkan film horror lain, sehingga dalam setahun dapat dihasilkan 2-3 film horror Indonesia dari sutradara yang sama dan tentu saja hasil dan cerita filmnya akan lebih condong ke arah sinetron bukan film. Film Indonesia yang menurut saya sukses dari segi riset adalah GIE, trilogi merah-putih, kemudian film horror yaitu lentera merah, sedangkan beberapa film lainnya bisa pembaca tambahkan sendiri. Film-film tersebut sukses menggabungkan fakta yang ada dengan sentuhan fiksi yang dibutuhkan untuk film. 2. Waktu Ya, dalam hal ini beberapa rumah produksi sangat tergesa-gesa dalam memasarkan film-film mereka. Proses casting yang sembarangan serta shooting yang kejar tayang, menyebabkan beberapa film sangat buruk kualitasnya. Entah itu film horror, kisah cinta remaja ataupun komedi semuanya terlihat biasa saja atau mungkin dapat dikategorikan film "sampah". Esensi film harus dikalahkan dengan jalan cerita dan gaya penyutradaraan yang "sinetron banget". Apabila rumah produksi dapat bersabar dalam mempersiapkan dan memproduksi film nya, pasti hasil nya juga akan maksimal dan pasti lebih banyak keuntungan yang didapat. Selain itu, penonton juga akan semakin percaya akan kualitas film yang dihasilkan suatu rmah produksi. Karena jujur saja, saya dan beberapa teman saya kadang pesimis ketika ada film baru keluaran suatu rumah produksi Indonesia sebut saja x, walaupun mungkin tema dan ceritanya berbeda. Hal itu dikarenakan rumah produksi itu sering mengeluarkan film komedi dan horror "esek-esek" yang kualitasnya tidak dapat dipertanggung jawabkan. 3. Tema Ya, para sineas Indonesia masih cenderung ikut-ikutan ambil untung dari tema yang sedang booming saat itu juga. Misalnya, ada satu film horror komedi yang sukses maka semua rumah produksi mengeluarkan film horror komedi dengan judul yang paling aneh hanya untuk memikat penonton. Memang fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di Thailand bahkan Amerika pun cenderung seperti ini. Thailand yang sukses dengan film horror dan kisah cinta remaja, kini semakin banyak menghasilkan film dengan 2 tema tersebut. Amerika yang sukses dengan film superhero nya, semakin membuat sineas hollywood berlomba-lomba menghadirkan karakter superhero yang berasal dari comic muncul di layar perak. Tidak salah memang sineas Indonesia seperti ini, namun alangkah baiknya bila kualitasnya juga turut diperhatikan. Namun, lebih baik membuat tema yang berbeda agar penonton juga mendapat banyak pilihan. Bila tiga hal itu sudah diperhatikan sineas Indonesia, sudah pasti kita akan mendapatkan lebih banyak lagi film Indonesia untuk ditonton. Sang penari, the raid, the perfect house serta langit biru adalah beberapa film yang akan tayang yang sudah mengaplikasikan 3 hal penting yang saya sebutkan diatas terutama tema. The Raid dengan tema action nya, kemudian perfect house dengan tema horror thriller dan sang penari yang menggabungkan sejarah dengan kisah percintaan. Film-film ini menembus batas film mainstream dan menyadarkan kembali penonton Indonesia akan film Indonesia yang berkualitas dan pastinya akan semakin banyak lagi film berkualitas yang akan hadir. Ini adalah permulaan baru yang sangat baik bagi perfilman Indonesia. 2012 akan menjadi tahun kebangkitan film Indonesia. Kalau sudah seperti ini, kita tidak akan ragu lagi untuk mengatakan "Yuk, nonton film Indonesia". Salam kompasiana :) Untuk membaca postingan Headline saya lainnya. Enjoy :) http://www.kompasiana.com/posts/tags/yonathanhl/ Oiya, numpang promosi aplikasi saya ya, http://store.ovi.com/content/222124 . Silakan diunduh bagi yang berkenan mengunduhnya.:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun