Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Majalah Gratis: Konten Serba Mewah Masih Menjadi Jualan

29 November 2011   14:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:02 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Majalah gratis atau biasa disebut dengan "free magazine" ,kini sangat banyak beredar khususnya di Jakarta dengan berbagai macam nama dan segera menjadi bacaan alternatif baru disamping koran dan majalah berbayar. Hal ini dikarenakan majalah gratis sangat mudah dijumpai di tempat-tempat umum seperti kafe, kedai kopi di mall, butik, restoran dan lainnya. Selain itu, konten dan halaman yang tidak terlalu banyak seperti majalah berbayar -karena didominasi iklan- juga menjadi pilihan pembaca yang menginginkan bacaan yang singkat dan padat serta tidak perlu memakan banyak waktu untuk membacanya. Pembaca dapat membacanya dengan singkat di tempat untuk kemudian dikembalikan lagi dengan rapih ke rak majalah tersebut atau bisa membawa majalah tersebut untuk dibaca di rumah atau kantor. Selain itu, gaya hidup orang Jakarta yang sering "nongkrong" untuk sekedar minum kopi atau mengobrol dengan teman-teman di tempat-tempat seperti kafe dan kedai kopi yang ada di mall juga menjadi faktor utama majalah dengan konsep free alias gratis beredar dengan luas dan berkembang pesat.

Majalah tersebut tidak perlu menyajikan konten sebanyak majalah berbayar- karena harus berbagi dengan iklan yang menjadi tulang punggung keberadaan majalah gratis tersebut- dan cukup memasukkan konten seputar gaya hidup dan hiburan bagi pembaca yang membaca majalah tersebut sembari meminum kopi atau menunggu teman datang.

Saya juga termasuk orang yang suka membaca majalah gratis dan biasanya majalah gratis disebut saya dapatkan di kedai-kedai kopi yang ada di mall. Mungkin sudah hampir semua majalah gratis yang ada di Jakarta pernah saya baca, namun semakin saya sering membaca majalah gratis, semakin sering juga saya menemukan kesamaan dan keseragaman dalam pembahasan artikel-artikel atau konten yang ada di berbagai majalah gratis tersebut. Bahkan ada salah satu majalah gratis dimana setelah kita membaca habis majalah tersebut, kita dapat berkesimpulan bahwa kita baru saja membaca iklan bukan majalah karena saking banyaknya iklan yang ada di majalah tersebut.

Namun, bukan tentang iklan yang akan saya bahas disini, melainkan keseragaman konten di berbagai majalah gratis tersebut yang hampir semuanya "serba mewah". Dengan kata lain, kita sebagai pembaca dipaksa untuk mengikuti gaya hidup yang serba mewah setelah membaca majalah tersebut. Secara tidak langsung, majalah-majalah gratis tersebut juga seperti membatasi pembacanya yang berasal dari berbagai macam kalangan. Selain itu isi yang ditampilkan juga tidak berbeda jauh dengan majalah yang berbayar, padahal seharusnya majalah gratis menawarkan konten yang berbeda. Beberapa keseragaman artikel yang serba mewah dan kebetulan saya amati dari satu majalah ke majalah lainnya adalah sebagai berikut.

Venue

Konten ini membahas tempat-tempat makan atau tempat "nongkrong" yang ada di Jakarta. Namun, hampir semua tempat yang direkomendasikan oleh majalah-majalah gratis tersebut adalah tempat-tempat yang sangat mahal dan sebagian besar membahas lounge ataupun club-club malam yang ada di Jakarta. Padahal, tidak semua pembaca majalah tersebut suka atau mau ke tempat-tempat seperti itu. Mungkin ada yang suka ke tempat-tempat lainnya seperti misalnya kafe yang ada taman bacaannya, atau mungkin juga menginginkan rekomendasi tempat karaoke dan hiburan keluarga lainnya untuk dinikmati bersama keluarga di akhir pekan dan sebaginya. Sangat jarang saya temui majalah gratis yang membahas Jakarta "seutuhnya" dan majalah-majalah tersebut sebagian besar hanya membahas kehidupan Jakarta di malam hari. Padahal rekomendasi tempat baru yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca yang menginginkan alternatif tempat "nongkrong" di Jakarta selain club malam sangat-sangat ditunggu dan pasti disambut dengan positif.

Event

Event atau acara-acara khusus yang ada di majalah-majalah gratis tersebut juga biasanya hanya membahas acara-acara yang dilangsungkan di club-club malam. Memang, acara-acara yang berada di club malam tersebut juga rata-rata acara yang diadakan salah satu perusahaan yang iklan produknya dipasang pada majalah-majalah gratis tersebut. Namun, apakah acara di Jakarta harus selalu berada di club malam ? Saya dengan tegas berkata "Tidak". Banyak acara seperti acara tribute untuk artis tertentu yang biasanya diadakan di salah satu hotel di Jakarta ataupun acara konser band-band indie atau lokal. Selain itu acara teater juga sebenarnya banyak penggemarnya, namun kurangnya informasi termasuk informasi yang harusnya diberikan majalah gratis untuk para masyarakat Jakarta menjadikan acara-acara tersebut yang sebenarnya menarik menjadi sedikit pengunjungnya.

Kuliner

Ini yang rata-rata disayangkan pembaca ketika membaca rekomendasi tempat makan. Rata-rata majalah tersebut membuat rekomendasi tempat makan yang mewah dan memerlukan kantong yang tebal untuk dapat menikmati makanan-makanan tersebut. Hal ini sangat disayangkan karena tidak semua warga Jakarta senang ke tempat-tempat makan yang mahal dan bergengsi, bahkan salah seorang teman saya yang masuk ke dalam golongan "orang berduit" pun ketika membaca rekomendasi tempat makan serta makanannya dia langsung memberi respon negatif seperti "Gila,bebeknya mahal banget, mending beli bebek goreng kremes di restoran yang ada di tebet, murah dan enak lagi" atau "Nih udah mahal kaya gini enak apa nggak nih makanannya ya ?". Pernah juga suatu ketika saya mengikuti rekomendasi tempat makan yang menurut majalah tersebut meskipun mahal tetapi rasa makanannya enak, jadi seimbang. Namun setelah mencobanya, ternyata rasanya mengecewakan dan masih lebih enak rasa makanan sejenis yang dijual di restoran biasa atau tempat makan pinggir jalan. Jadi, harga mahal dan tempat berkelas belum tentu rasa makanannya enak. Dan menurut saya, kebanyakan rekomendasi yang ada di majalah gratis tersebut lebih berfokus pada tempat yang elegan dan mewah.

Fashion

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun