Jika membicarakan tentang film bencana atau disaster movie yang kemudian dipersempit lagi ke dalam klasifikasi natural disaster, banyak dari kita tentu saja akan langsung mengaitkannya dengan berbagai disaster movie populer di era 90'an hingga 2000'an awal. Sebut saja Dante's Peak(1997), Armageddon(1998),Deep Impact(1998),dan The Day After Tomorrow(2004).
Film-film tersebut bukan hanya seru dan ringan untuk disaksikan sehingga cocok untuk ditonton berulang kali, namun juga berhasil membawa kita ke dalam sebuah imajinasi(atau mungkin pewahyuan) akan sebuah kondisi di mana bumi porak-poranda akibat "amukan" alam semesta. Perasaan ngeri biasanya ikut muncul setelah kita menyaksikan film-film seperti itu.
Pun disaster movie biasanya menjadi salah satu genre film yang menjadi tolok ukur akan kualitas teknologi CGI pada sebuah era. Karena tak dapat dipungkiri teknologi CGI memang diperlukan untuk menciptakan gambaran kehancuran bumi yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi, tsunami, hingga hujan meteor berukuran raksasa.
Maka jangan heran ketika kita melihat lompatan visual efek yang luar biasa dari era Armageddon, kemudian ke The Day After Tomorrow, hingga yang cukup baru adalah San Andreas. Lupakan 2012 karena penggunaan CGI nya bisa dibilang over used dan terkesan diproduksi secara prematur.
Greenland kemudian muncul sebagai disaster movie terbaru yang rilis di era pandemi ini. Karena di beberapa negara film ini termasuk ke dalam deretan film yang muncul pada saat pembukaan bioskop kembali.
Pun Greenland hadir di Amazon Prime Video sebagai film Prime Original. Hanya saja bagi kita yang ada di Indonesia perlu menggunakan vpn agar bisa mengakses katalog Prime Video UK karena film ini belum muncul di Prime Video Indonesia.
Masih tentang bumi yang terancam hancur(kali ini kembali karena serangan komet), warga yang terpilih untuk masuk ke "bahtera Nuh", hingga usaha sang tokoh utama untuk mencapai tempat teraman tersebut dengan harus terlebih dahulu melewati berbagai rintangan yang ada.
Namun yang berbeda dari Greenland adalah bahwasanya film ini menawarkan lebih dari sekadar film bencana alam. Greenland justru lebih mengutamakan sisi psikologis sang tokoh utama ketika berada di tengah bencana alam tersebut, lengkap dengan berbagai konflik internal dan eksternal mereka. Meskipun tak dipungkiri unsur ketegangan dalam film ini juga cukup intense.Â
Ketika ancaman bencana alam tersebut dimulai, John mendapatkan sebuah pesan di ponselnya yang menyatakan bahwa ia dan keluarganya terpilih untuk masuk ke dalam fasilitas keselamatan yang disiapkan pemerintah. John yang bukan siapa-siapa mendapatkan privilege yang membuatnya tak hanya menjadi incaran orang-orang namun juga membuatnya merasa sedih karena harus berpisah dengan orang-orang terdekatnya yang tidak beruntung.