Menyesal mungkin jadi kata pertama yang terucap begitu selesai menyaksikan film ini. Eits, tapi bukan menyesal dalam konotasi negatif lho ya, melainkan dalam konotasi positif.
Menyesal karena kenapa baru kemarin malam menyaksikan film ini sehingga cukup "telat" untuk bisa merekomendasikan ke teman-teman pembaca semua. Padahal film ini cukup worth untuk ditonton, namun secara perolehan jumlah penonton sayangnya masih kurang maksimal.
Tidak ada ekspektasi berlebih kala penulis memilih film ini untuk ditonton kemarin malam. Karena sejatinya memang hanya Mekah I'm Coming yang jadwal tayangnya paling pas bagi penulis kala menunggu istri pulang dari training kantornya.
Dan tidak adanya ekspektasi itulah yang pada akhirnya bisa dijawab dengan sajian cerita dan komedi yang benar-benar menghibur. Penulis sendiri cukup terkejut dengan sajian ceritanya yang ringan, komedi yang absurd, hingga performa para aktornya yang tidak mengecewakan.
Namun cintanya terhalang restu ayah Eni, Haji Soleh (Totos Rasiti), yang justru menjodohkan Eni dengan Pitoyo(Dwi Sasono), seorang pria kaya raya dengan tingkah laku aneh bin ajaib demi terbebasnya hutang pak Soleh yang sudah menumpuk. Eni pun lantas memberikan fit & proper test untuk Eddy dan Pitoyo guna menentukan siapa yang paling layak mendapatkan restu orangtuanya dan terutama restu dari Eni.
Di sinilah konflik kemudian berkembang kala Eddy menyadari tipu muslihat travel bodong tersebut. Antara harus berbohong demi nama baiknya di kampung tersebut atau tetap pulang menanggung malu dan beresiko ditinggal Eni selamanya.
***
Pasalnya, sejak awal film kita sudah disuguhi adegan komedi yang komikal dan terkesan absurd, sehingga nampak layaknya surat cinta untuk film-film lawas seperti Warkop DKi, Ateng&Iskak, ataupun Benyamin S.
Mengendarai mobil dengan rem yang ternyata blong dan membuat banyak orang terpental, ledakan mobil yang tidak menewaskan orang-orang di dalamnya, hingga perempuan berhijab yang dengan garangnya mengendarai motor trail, tentu menjadi semacam fantasi komedi yang berhasil divisualisasikan di mana sebelumnya mungkin hanya masuk dalam candaan verbal saja.
Gelak tawa jelas tercipta sedari awal film dimulai hingga film tersebut menemui titik akhirnya. Komedi yang disajikan begitu rapat, hingga nampak tak ada celah untuk tidak menampilkan kelucuan.Â
Bahkan untuk momen yang semestinya haru, pada final punchlinenya pun tetap membuat penonton tertawa. Gila memang!
Namun juga karena suasana dan atmosfer perkampungan dengan segala tingkah laku penduduknya yang diciptakan cukup relevan dengan apa yang biasa kita hadapi sehari-hari.
Ibu-ibu berhijab bonceng tiga, Eddy yang menggunakan setelan jaket kulit dan motor RX-King khas "jamet", hingga grup qasidah dengan kostum lengkapnya, tentu menjadi pemandangan yang nampak selayaknya kita lihat sehari-hari di pedesaan bahkan di beberapa daerah perkampungan ibu kota.
Rizky Nazar juga mampu memberikan penampilan terbaiknya di film bergenre komedi ini. Gambaran karakternya sebagai pria yang sering gagal dalam hidup namun rapuh dalam urusan percintaan, mampu ditampilkannya dengan cukup apik. Bahkan line comedy nya pun mampu ditampilkan dengan maksimal dan tidak kacangan.
Sementara Michelle Ziudith, lawan mainnya yang juga pernah berkolaborasi dengan Rizky lewat ILY From 38.000 Ft dan Calon Bini, juga mampu menampilkan chemistry yang baik dengan Rizky.Â
Ya, walaupun sisi romantisnya memang sulit tercipta karena "bodor"nya cerita film ini, namun setidaknya chemistry komedi mereka berdua masih apik dimainkan.
Hanya saja, penulis pribadi masih cukup terganggu dengan aksen Jawa Michelle yang nampak masih terlalu dipaksakan seperti kala ia bermain di Calon Bini. Namun untungnya hal tersebut masih bisa tertutupi dengan line comedy Michelle yang tak mengecewakan serta permainan raut wajahnya di akhir film yang cukup menggemaskan.
Jangan lupakan juga selingan penampilan dari Yati Pesek dan Cici Tegal yang tentu saja membangkitkan nostalgia.
Jeihan memang menyajikan komedi yang cukup absurd, se-absurd kita menyaksikan film Terlalu Tampan ataupun Koboi Kampus. Hanya saja, Mekah I'm Coming kemudian diisi dengan inti cerita yang berisi sentilan satir terkait isu besar yang sangat relevan dengan saat ini.
Sentilan satir Jeihan pun mampu ditargetkan ke dua pihak sekaligus. Yaitu ke pihak agen travel bodong dan tentu saja para jamaah Haji yang tertipu. Sehingga sebagai penonton, kita diizinkan untuk menertawakan kedua pihak tersebut.
Tentu kita mengecam penipuan biadab yang mengatasnamakan jasa keagamaan oleh para agen travel bodong tersebut. Sehingga memang sudah seharusnya tak ada lagi para agen travel bodong yang merugikan ratusan bahkan ribuan jamaah yang punya niat dan itikad baik untuk pergi ke tanah suci, menjalankan rukun Islam yang kelima.
Karakter Eddy seakan menjadi sentilan bagi orang-orang yang menjadikan momen kepergian ke tanah suci sebagai momen "panjat sosial", bukan menjadikannya sebagai momen penting yang timbul dari niatan hati yang terdalam.
Padahal usaha keras mereka untuk segera pergi ke tanah suci justru tak sedikit yang menguras harta. Bahkan tak sedikit juga yang kemudian meninggalkan utang dan membuat mereka terjebak dalam putaran arus rentenir yang merugikan.
Jangan sampai karena berpikir soal gengsi akan gelar Haji, lantas menjadikan kita teledor dalam mempersiapkan perjalanan Haji. Iming-iming keberangkatan cepat dan akses spesial dengan harga miring (bahkan beberapa berharga tinggi) pun membuat kita gelap mata, sehingga tidak bisa melihat bahwasanya ada sesuatu yang jahat dibalik itu semua.
Penutup
Film komedi religi yang diproduseri Hanung Bramantyo ini sudah jelas sangat penulis rekomendasikan. Segeralah menonton jika film ini masih tersedia di studio bioskop terdekat di kota anda. Mengingat Kamis besok sudah mulai masuk film Indonesia baru yang tentunya akan menggerus eksistensi film ini di bioskop.
Meskipun dibubuhi tema religi, namun hal tersebut masih cukup ringan dan mudah dimengerti oleh penonton beragama lain seperti halnya penulis sekalipun. Jadi, tontonlah dan nikmati deretan komedinya. Siap-siap rahang pegal begitu selesai menyaksikan film ini..heuheu.
Skor: 8/10
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H