Tak bisa fokus terhadap kekuatan pikirannya, Jean pun tak sengaja menyebabkan orangtuanya mengalami kecelakaan mobil yang mengenaskan, sementara dirinya tak luka sedikitpun.
Cerita pun kemudian maju ke tahun 90-an kala anggota X-Men ditugaskan untuk menolong para astronot yang terjebak di luar angkasa di tengah badai kosmik yang mematikan.
Namun alih-alih bertemu dengan ajal, Jean justru menyerap badai kosmik tersebut ke dalam tubuhnya. Jean pun kini memiliki kekuatan yang luar biasa, dimana dirinya bahkan tak sanggup mengendalikannya.
Sekuel yang Sejatinya Tak Diperlukan
Alih-alih melanjutkan sekuelnya, Vaughn malah mengerjakan proyek Kingsman yang hebatnya juga mendapat respon positif di pasaran, baik oleh para kritikus maupun penonton kasual.
Ide Vaughn untuk membuat trilogi baru lewat kisah para anggota X-Men yang berusia lebih muda, nyatanya dimentahkan begitu saja. Pasca First Class, seharusnya ada 1 film X-Men lagi sebagai jembatan sebelum Vaugh mengakhiri saganya lewat film X-Men: Days of Future Past.
"That's one of the reasons I didn't continue, because they didn't listen to me. My plan was First Class, then second film was new young Wolverine in the 70s to continue those characters, my version of the X-Men. So you'd really get to know all of them, and my finale was gonna be Days of Future Past. That was gonna be my number three where you bring them all... because what's bigger than bringing in McKellen and Michael and Stewart and James and bringing them all together?" - Matthew Vaughn (comingsoon.net)
Melihat kutipan penjelasan Matthew Vaughn diatas, sudah jelas bahwa Days of Future Past (DoFP) memang didesain untuk mengakhiri sebuah saga fenomenal. DoFP memang memiliki sensasi layaknya menyaksikan Endgame, dimana seharusnya kisahnya berhenti disitu dan meninggalkan histeria para fansnya dengan penampilan "all star" tak terlupakan lewat kerja sama antara X-Men muda dan X-Men tua.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!