Zain jelas mendapat highlight paling besar dalam film ini. Aktingnya sebagai anak kecil yang terus mengalami keras dan getirnya hidup di jalanan Beirut yang semrawut, mampu ditampilkannya dengan sangat baik. Zain Al Rafeea mampu menunjukkan penampilan meyakinkan sebagai seorang anak yang menyimpan kemarahan, kekecewaan, kesedihan, namun di satu sisi juga memiliki rasa sayang yang tulus dan mau berkorban hingga membuatnya bisa survive dari tiap keadaan sulit.
Teknis yang Mumpuni
Unsur komedi pun ditampilkan dengan porsi yang sesuai dan timing yang tepat. Sehingga kita tak selalu disuguhi adegan yang menguras emosi, namun juga disuguhi beberapa punchline komedi yang mampu menciptakan ledakan tawa seisi bioskop.
Dengan visual yang unik, segar serta tone khas film-film Timur Tengah, membuat Capharnaum begitu menarik untuk disaksikan. Pun sinematografinya sangat ciamik berkat dominannya teknik pengambilan gambar bergerak disertai pengambilan gambar melebar untuk memperlihatkan lanskap Beirut secara mendetail.
Ditambah naskah yang kokoh serta akting nyaris tanpa cacat dari tiap-tiap aktor amatir di film ini, tentu menjadikan Capharnaum sebagai film inspiratif yang tak hanya artistik secara visual namun juga menyentuh dan mampu menghadirkan wow effect bagi siapapun yang menontonnya.
Penantang Serius Roma di Ajang Oscar
Berbeda dari Shoplifters yang juga sama-sama menampilkan isu kehidupan masyarakat kelas sosial bawah, Capharnaum lebih fokus terhadap berbagai macam isu yang lebih umum terjadi di masyarakat. Sementara Shoplifters lebih bersifat personal karena memiliki potret kemiskinan dalam lingkup bahasan yang lebih kecil, yaitu dalam penggambaran sebuah keluarga dan rahasia di dalamnya.
Nadine Labaki yang Percaya akan Perubahan Sosial Melalui Film