Capharnaum yang selain memiliki arti sebuah kota kuno yang terkutuk dalam alkitab, juga memiliki arti kacau atau chaos dalam bahasa Arab. Seperti judulnya, isi film ini pun menggambarkan berbagai keadaan yang bisa dibilang cukup kacau terkait potret keras kehidupan masyarakat kelas sosial bawah yang terkadang mengabaikan unsur kemanusiaan.
Sementara Sahar menjadi contoh bahwa banyak negara khususnya di Timur Tengah yang masih melakukan praktik diam-diam terkait pernikahan paksa anak dibawah umur. Hukum adat yang memperbolehkan hal tersebut namun kerap bertentangan dengan hukum negara, justru semakin mengancam keselamatan dan kebebasan sang anak kala tiba waktu bagi mereka untuk bisa "dijual" orangtuanya.
Hal ini tergambar jelas dalam diri orangtua Zain yang lebih fokus pada "program penambahan anak" namun malah abai dalam hal tanggung jawab, perhatian, pemenuhan ekonomi serta pendidikan kepada anak.Â
Film ini sejatinya juga ingin menampilkan 2 kondisi berbeda dalam tingkat sosial yang sama. Orangtua Zain yang masa bodoh terhadap anak-anaknya sangat berkebalikan dengan apa yang dilakukan Rahil sang imigran gelap terhadap anak satu-satunya. Padahal secara status ekonomi, mereka sama.Â
Hal tersebut semakin menegaskan bahwa tak selamanya kemiskinan dan urusan perut mengubah sikap seseorang menjadi lebih keras dan tak peduli terhadap anak bahkan sesama. Justru rendahnya sisi kemanusiaan itulah yang membuat seseorang abai terhadap keberadaan manusia lain di sekitarnya, tak peduli dari tingkat sosial mana dia berasal.Â
Sisi kemanusiaan yang kurang tersebut tentunya timbul akibat dari mata rantai yang salah dan terjadi secara turun temurun. Namun sejatinya masih sangat memungkinkan untuk diperbaiki.
Akting Menawan Zain si Pengungsi Suriah