Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Capharnaum", Kemiskinan dan Eksploitasi Anak dalam Potret Kelam Kehidupan Jalanan

18 Februari 2019   17:17 Diperbarui: 18 Februari 2019   21:07 3110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Children of Heaven(waytooindie.com)
Children of Heaven(waytooindie.com)
Film Iran berjudul Children of Heaven (1997) yang menceritakan kisah kakak yang berjuang mengembalikan sepatu adiknya atau film asal Israel berjudul Sand Storm (2016) yang menceritakan kehidupan masyarakat keturunan Arab di Bedouin, Selatan Israel yang tak diakui pemerintah, menjadi beberapa judul film berlatar budaya Timur Tengah yang menampilkan kehidupan sosial wilayah tersebut dengan cukup gamblang.

Capharnaum yang selain memiliki arti sebuah kota kuno yang terkutuk dalam alkitab, juga memiliki arti kacau atau chaos dalam bahasa Arab. Seperti judulnya, isi film ini pun menggambarkan berbagai keadaan yang bisa dibilang cukup kacau terkait potret keras kehidupan masyarakat kelas sosial bawah yang terkadang mengabaikan unsur kemanusiaan.

Rogerebert.com
Rogerebert.com
Eksploitasi anak tergambar jelas pada tokoh Zain dan adiknya Sahar. Zain menjadi contoh bahwa sejatinya masih banyak anak-anak di seluruh dunia yang dipaksa bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya tanpa mendapatkan kesempatan bagi mereka untuk mengenyam pendidikan yang layak. 

Sementara Sahar menjadi contoh bahwa banyak negara khususnya di Timur Tengah yang masih melakukan praktik diam-diam terkait pernikahan paksa anak dibawah umur. Hukum adat yang memperbolehkan hal tersebut namun kerap bertentangan dengan hukum negara, justru semakin mengancam keselamatan dan kebebasan sang anak kala tiba waktu bagi mereka untuk bisa "dijual" orangtuanya.

En.unifrance.org
En.unifrance.org
Kritik sosial yang cukup pedas juga berlaku bagi para orangtua di seluruh dunia. Bagaimana kerap pasangan suami istri yang kelak akan menjadi orangtua, kerap abai dalam menyikapi kehadiran anak. 

Hal ini tergambar jelas dalam diri orangtua Zain yang lebih fokus pada "program penambahan anak" namun malah abai dalam hal tanggung jawab, perhatian, pemenuhan ekonomi serta pendidikan kepada anak. 

Film ini sejatinya juga ingin menampilkan 2 kondisi berbeda dalam tingkat sosial yang sama. Orangtua Zain yang masa bodoh terhadap anak-anaknya sangat berkebalikan dengan apa yang dilakukan Rahil sang imigran gelap terhadap anak satu-satunya. Padahal secara status ekonomi, mereka sama. 

Karakter Rahil (imdb.com)
Karakter Rahil (imdb.com)
Rahil sangat mencintai anak balitanya hingga membuatnya mampu melakukan apapun demi anaknya. Bahkan tak hanya kepada anaknya, kepada Zain yang akhirnya menumpang di rumahnya pun, Ia tetap baik dan mau berkorban untuknya. 

Hal tersebut semakin menegaskan bahwa tak selamanya kemiskinan dan urusan perut mengubah sikap seseorang menjadi lebih keras dan tak peduli terhadap anak bahkan sesama. Justru rendahnya sisi kemanusiaan itulah yang membuat seseorang abai terhadap keberadaan manusia lain di sekitarnya, tak peduli dari tingkat sosial mana dia berasal. 

Sisi kemanusiaan yang kurang tersebut tentunya timbul akibat dari mata rantai yang salah dan terjadi secara turun temurun. Namun sejatinya masih sangat memungkinkan untuk diperbaiki.

Akting Menawan Zain si Pengungsi Suriah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun