Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Shoplifters", Potret Jujur dan Hangat Keluarga Kelas Sosial Bawah

18 Desember 2018   14:56 Diperbarui: 19 Desember 2018   02:04 2094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau contoh lainnya berupa kritikan pada kebijakan workshare yang banyak diberlakukan di perusahaan Jepang saat ini misalnya, muncul dalam kisah hidup sang istri Nobuyo. Nobuyo yang merupakan buruh cuci di sebuah perusahaan laundry, harus berbagi jam kerja normalnya dengan orang lain. 

Dimana kebijakan tersebut nyatanya tidak membantu kehidupan ekonominya. Kurangnya uang juga memaksanya mengutil barang-barang berharga pelanggannya yang tertinggal di baju. Sebuah fakta terkait kebijakan workshare yang memang tidak memberikan solusi kemapanan ekonomi namun justru menambah angka kemiskinan.

Vogue.com
Vogue.com
Sebuah potret wanita penghibur yang menjual berbagai jasa sederhananya dan  gambaran pelanggan laki-laki yang kesepian juga muncul dalam kisah hidup Aki. Aki tidak hanya menjual tubuhnya di dalam akuarium untuk dipertontonkan namun juga menjual jasa untuk menemani si pelanggan yang kesepian dengan durasi waktu tertentu. 

Entah hanya sekadar mengobrol, berpelukan, atau hanya sekadar tiduran di kedua paha Aki. Sebuah potret miris realita di Jepang yang saat ini memang banyak diberitakan yaitu mengenai maraknya jasa "rental peluk" untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat Jepang yang sering kesepian.

Deretan fakta miris tersebut konon memang benar terjadi di Jepang namun jarang diangkat ke permukaan. Tertutup dengan keindahan kota dan pesatnya perkembangan teknologi disana.

Film yang Hangat namun Penuh Teka-teki

slashfilm.com
slashfilm.com
Film berdurasi 90 menit ini menyajikan 60 menit awalnya sebagai visualisasi kehangatan keluarga kelas bawah. Tak peduli cara mereka mendapatkan kebutuhan sehari-hari, 60 menit awal ini memang difokuskan pada pengembangan karakter dan berbagai konflik yang muncul dengan halus dan terus meningkat secara bertahap.

Sementara 30 menit terakhir, menjadi konklusi yang menutup banyak pertanyaan selama 60 menit awal tadi. Sebuah kesimpulan yang menghadirkan plot twist elegan dan mengundang pertanyaan tentang arti keluarga itu sendiri. Adegan kala mereka berlibur ke pantai kemudian menjadi momen penentu akhir cerita ini yang kemudian ditutup dengan adegan klimaksnya yang cukup haru dan meninggalkan kesan mendalam.

Oh iya sekadar catatan, ada satu adegan yang cukup lucu dan menarik di film ini. Dimana dengan rumah sepenuh dan sesempit itu, Shibata dan istrinya jarang melakukan hal romantis nan intim. Momen rumah kosong tersebut kemudian tiba-tiba datang dan menjadi kesempatan emas untuk menumpahkan hasrat suami istri yang tak bisa mereka lewatkan begitu saja. 

Namun sayang, tak berselang lama hujan besar turun yang menyebabkan anak-anak pulang cepat ke rumah. Adegan kikuk nan serba salah pun kemudian muncul dan mengundang gelak tawa penonton. Sebuah adegan yang nampak sangat natural dan selayaknya gambaran hidup sehari-hari. 

Dan naturalnya adegan seperti itu tidak hanya muncul di satu adegan tersebut, namun muncul juga pada ragam adegan lainnya. Itulah sebabnya mengapa film ini bagaikan potret jujur sebuah keluarga yang drama dan konfliknya tidak mengada-ada. 

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun