Menyaksikan Overlord mengingatkan saya akan pertempuran melawan monster atau zombie ala video game. Sajian aksi yang intens sudah ditampilkan sejak awal dan konsisten hingga akhir film.
Pun pertempuran di dalam menara dan di jalanan Eropa klasik mengingatkan pada game semisal Wolfenstein dan versi downloadable content dari serial game Call of Duty.
Menghabisi Nazi dengan Fantasi ala Amerika
Tidak bisa dipungkiri, Overlord nampak menjadi sarana fantasi Amerika dalam hal membabat habis Nazi yang menjadi mesin propaganda perang terbesar dalam sejarah.
Inglorious Bastards sudah melakukannya kala membuat plot nyeleneh perihal kematian Hitler yang ternyata ada di tangan seorang letnan Amerika.
Percobaan yang dilakukan untuk mewujudkan Thousand Year Reich ala Hitler yang fenomenal, yang sayangnya nampak kesulitan kala berhadapan dengan pasukan patriotik khas Amerika.
Jovan Adepo Mencuri Perhatian
Meskipun perannya di film ini nampak seperti Finn nya John Boyega pada saga Star Wars, namun tak bisa dipungkiri Jovan Adepo cukup mencuri perhatian di film ini.
Ketakutan, kekhawatiran namun juga kepatuhannya terhadap perintah di satu sisi, menyebabkan karakternya mengalami dilema yang sangat besar.
Perkembangan karakternya pun cukup baik. Dari seorang yang tidak mau melakukan kekerasan hingga nuraninya tergerak melihat segala ketidakadilan yang terjadi.
Mathilde Ollivier juga sangat baik memerankan satu-satunya karakter wanita di film ini. Perannya sebagai Chloe yang tegar namun juga rapuh di satu sisi akibat seringnya mendapat pelecehan seksual dari Warner (Pilou Asbk), mampu ditampilkan dengan cukup baik. Dan tak lupa,pada akhirnya dia ikut mengangkat senjata disini.