Masih hangat dalam ingatan bagaimana 7 tahun lalu saya memutuskan untuk bergabung ke dalam Kompasiana. Kala itu di 2011, saya masih seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki kerinduan lebih untuk menulis namun bingung dimana platform yang tepat dan nyaman untuk memproduksi tulisan demi tulisan.
Pernah mencoba menulis via Wordpress, namun berhenti karena lupa password haha. Akhirnya saya memilih Kompasiana setelah sebelumnya coba-coba daftar "sekalian" untuk akses Kompas.com kala itu. Dan ternyata, saya jatuh cinta pada pandangan pertama, eh kedua.
Sekitar bulan April 2011 tulisan pertama muncul dengan isi yang saya sendiri sudah lupa. Kalau tidak salah membahas soal penahanan siswa sekolah karena dituduh mencuri voucher pulsa Rp 10.000,-. Ya, dulu tulisan saya campur aduk dan cenderung tidak terorganisir khas anak kuliahan yang berapi-api. Kadang tulisannya soal kritik sosial, kadang cerpen, kadang kritik soal tayangan televisi, bahkan membahas perfilman.
Tahun 2012 pun saya sempat merasakan bagaimana tulisan saya bisa ditampilkan di rubrik Freez pada koran Kompas. Wah, itu pengalaman terbaik saya hingga saat ini. Karena bagi penulis amatiran seperti saya, tulisan masuk koran itu luar biasa membahagiakan. Apalagi ada sanak saudara yang kebetulan melihat dan tak lama mengirim pesan singkat ucapan selamat. Wah, tak terkira rasanya, hehehe.
Namun, pada akhirnya saya harus vakum menulis selama kurang lebih 4 tahun. Banyak hal yang menyebabkan saya berhenti dan itulah yang belakangan saya sesali. Keterampilan menulis saya terpaksa harus saya mulai ulang dan mencoba beradaptasi dengan kultur baru Kompasiana yang tentunya sudah jauh berbeda dari pertama kali saya datangi di tahun 2011.Â
Di akhir 2017 lah saya coba menulis kembali.
Mencoba fokus menulis untuk membahas hal yang paling saya sukai yaitu film dan tetek bengek nya, saya pun memberanikan diri menulis dan sebisa mungkin aktif berinteraksi dengan teman-teman Kompasianer.Â
Bergabung dengan komunitas KOMiK di Kompasiana juga sangat menyenangkan. Karena akhirnya saya bisa memiliki teman-teman yang memiliki hobi yang sama, yaitu menulis dan menonton film. Bahkan berkat Komik juga, saya berkesempatan menyaksikan beberapa film lebih dulu dari jadwal edar resminya lewat undangan screening. Dan dari situ jugalah, banyak tulisan review film tercipta. Terimakasih KOMiK !
Karena alasan hobi dan ingin berbagi informasi serta pengetahuan tentang film di Kompasiana, maka sejatinya tidak pernah terbayangkan sedikitpun bahwa saya kemudian diperhitungkan untuk masuk ke jajaran Kompasiana Award 2018 untuk kategori Best in Specific Interest. Saya terkejut luar biasa. "Kok bisa?", Itu pertanyaan ketidakpercayaan saya pada awalnya.
Tujuan saya menulis soal review film, perkembangan industri perfilman nasional dan dunia serta aspek pendukung lainnya tak lain karena memang sekedar ingin berbagi dengan teman-teman kompasianer. Pada saat review pun, saya mencoba sebisa mungkin ada di posisi kritikus dan penonton di saat bersamaan. Tujuannya agar teman-teman kompasianer terbantu dengan review saya dan juga menciptakan diskusi terbuka soal film tersebut lewat kolom komentar yang tersedia. Maka dari itu, ketika terpilih sebagai nominee, rasa tidak percaya tapi juga bahagia masih bercampur sampai saat ini.
Maka berada satu nominasi bersama Pak Hadi Santoso dan Pak Giri Lumakto yang tulisannya saya kagumi, maka ada perasaan senang dan juga tak layak disaat bersamaan. Masa iya tulisan saya yang amatiran begini disandingkan dengan beliau-beliau ini yang secara materi maupun diksi, jauh lebih berisi dibanding saya. Punten nggih pak, saya ikut meramaikan saja kategori ini..heuheu.