Siapa yang tidak kenal Michael Myers? Bagi anda penikmat film horror/thriller bergenre slasher, pasti sudah tidak asing lagi dengan karakter satu ini. Menggunakan topeng putih, menggenggam pisau dapur besar, berjalan perlahan tanpa suara dan tentu saja memangsa korbannya secara acak di malam Halloween.
Michael Myers menjadi sosok pembunuh keji klasik yang bisa disejajarkan dengan Jason Voorhees dari franchise Friday the 13th ataupun Leatherface dari franchise The Texas Chainsaw Massacre.
Sama seperti franchise Friday the 13th ataupun Texas Chainsaw yang memiliki banyak film dengan pengembangan cerita yang makin banyak dan membingungkan, Halloween sejatinya juga seperti itu. Total ada 11 film yang mengangkat kisah Michael Myers termasuk edisi terbaru 2018 ini.
Namun sayangnya, tidak seperti film original nya di tahun 1978, deretan film sekuel ataupun remake Halloween tidak ada yang benar-benar memuaskan dari sisi kritik meskipun secara pendapatan masih cukup baik. Semua seakan sepakat bahwa versi 1978 lah yang tidak akan bisa dilupakan.
Namun sayangnya, versi ini nampaknya juga kurang disetujui oleh John Carpenter selaku kreator tokoh Michael Myers ini. Pada salah satu wawancaranya yang dikutip dari cinemablend.com, John Carpenter sebenarnya suka dengan remake versi Rob, hanya saja penceritaan masa lalu Myers yang terlalu detail menyebabkan karakter ini kehilangan daya mistisnya.Â
Karena menurutnya, penonton film slasher tidak perlu mengetahui motif apa dibalik itu. Biarlah Myers menjadi misteri besar yang bisa terus didiskusikan.Â
Well, alasan John sebenarnya pun masih bisa dibantah. Karena untuk penonton modern, motif yang kuat dari si pembunuh atau penjahat justru lebih disukai dibanding penjahat yang melakukan segala hal dengan acak. Tapi, karena John kreatornya jelas lebih tahu seperti apa visinya untuk karakter Michael Myers ini.
Untuk itulah, di tahun ini John Carpenter mencoba kembali untuk "memperbaiki" kisah Michael Myers kembali mistis seperti dulu. John Carpenter yang dikenal sebagai sutradara film-film horror klasik, nampaknya sudah tidak sabar memunculkan kembali Michael Myers ke layar perak. Dibantu oleh sutradara David Gordon Green dan penulis Debra Hill yang juga menulis film original Halloween, Halloween 2018 kemudian dibuat menjadi sekuel langsung dari film tahun 1978.Â
Sama seperti Superman Returns yang pada saat itu menjadi sekuel langsung Superman 1 & 2 yang diperankan mendiang Christopher Reeve sehingga film Superman 3 & 4 dianggap tidak ada, Halloween juga seperti itu. Lupakan 9 film Halloween lainnya, anggap tidak pernah ada cerita film Halloween 2 bahkan Halloween: H20.Â
Sambut sekuelnya yang mengisahkan 40 tahun setelah akhir film pertamanya usai. Tampak membingungkan memang jika kita mengikuti semua versi Halloween, tapi mau tidak mau inilah sekuel "resmi" dari John Carpenter.
Sinopsis
Namun sayang, Michael Myers tetap bergeming dan tidak mau bicara, padahal sang jurnalis sudah memberikan topeng ikoniknya.
Di sisi lain, Laurie Strode (Jamie Lee Curtis) masih merasakan trauma dengan kejadian penyerangan 40 tahun yang lalu. Rumahnya kini dimodifikasi untuk mempersiapkan kedatangan Myers suatu waktu, pun dirinya dipaksa berlatih keras untuk lebih siap menghadapi ancaman Michael Myers.Â
Bahkan kelakuannya ini menyebabkan dirinya dijauhi keluarga karena dianggap terlalu paranoid, sehingga anaknya yang ikut dilatih keras oleh dirinya pun akhirnya diambil dinas sosial dan dijauhi dari Laurie.
Dan yang ditakutkan Laurie pun terjadi. Satu kejadian menyebabkan Michael Myers berhasil lolos dari tahanan. Dan dia pun kembali datang ke Haddonfield, tepat di malam Halloween. Laurie pun sudah siap. Kini, tinggal urusan siapa yang memburu dan siapa yang diburu lebih dulu.
Elemen Klasik Dipertahankan
Tapi ternyata saya salah. Alih-alih mengembangkan cerita ke arah yang salah, Halloween 2018 ini justru tetap mempertahankan elemen klasiknya.Â
Pada intinya film ini adalah tentang Michael Myers vs Laurie Strode dengan latar belakang Michael Myers dan alasan yang menyebabkan dirinya 2 kali berurusan dengan Haddonfield tetap samar dijelaskan.Â
Tidak ada yang tahu pasti kenapa Michael Myers ini. Tidak ada motif yang jelas. Pun penelitian yang dilakukan terhadapnya di film ini juga belum selesai, sehingga lagi-lagi tidak ada jawaban pasti soal pembantaian yang dilakukannya.Â
Tapi bukankah itu unsur utama film slasher? Sedikit cerita, banyak darah.
Film ini pun tidak menawarkan cerita yang rumit ataupun menawarkan scene yang lebih masuk akal hanya karena ini sudah di tahun 2018. Nyatanya, Halloween tetap menyajikan cara pembunuhan yang seram, keji dan beberapa diantaranya terkesan tidak masuk akal. Jelas, elemen klasiknya masih dipertahankan disini.
Hal lain yang saya suka adalah musik latar film ini masih menggunakan halloween theme tahun 1978 yang sangat ikonik itu. Berterima kasihlah terhadap John Carpenter yang ikut meramu musik latar film ini. Tentu saja hal tersebut menambah efek ngeri dan mencekam khas film Halloween.
Teknik pengambilan gambar pun tetap mengikuti film pertamanya, sehingga sekilas kita seperti menyaksikan film klasik namun dengan teknologi yang lebih modern.
Trio Penyelamat Halloween
Apalagi Nick Castle yang kini dibantu oleh James Jude Courtney, masih mampu menampilkan sosok Myers yang kokoh, besar, sadis namun juga tanpa emosi didalamnya.
Bisa dikatakan trio John, Jamie dan Nick berhasil mengembalikan sisi magis film ini. Apalagi ditambah pengembangan karakter Laurie Strode yang kini lebih siap dari versi dirinya di usia 17 tahun, yang kala itu masih belum siap menghadapi serangan brutal Myers hingga meninggalkan trauma mendalam.
Mengembalikan Popularitas Genre Slasher
Apalagi di Indonesia, genre slasher sejatinya kurang diterima masyarakat. Orang Indonesia cenderung lebih senang ditakuti sosok perempuan berbaju putih dan berambut panjang dibanding satu orang pembunuh berantai yang memang sebenarnya bisa dikalahkan dengan pengeroyokan massa, hehehe.
Dan Halloween diharapkan mampu mengembalikan kejayaan genre slasher yang populer di dekade 70-an sampai dengan 90-an. Apalagi sosok Michael Myers yang ikonik ini sudah cukup ditunggu kehadirannya setelah hampir 9 tahun absen dari layar perak.
Sebenarnya sebelum ini, genre slasher sudah mencoba hadir kembali lewat sekuel The Strangers: Prey at Night. Namun sayangnya, The Strangers kurang diminati dan kritiknya pun lumayan sadis.
Penutup
Pada akhirnya Halloween menawarkan film yang bisa dikatakan full slasher. Tidak perlu berpikir keras kala menyaksikan film ini. Cukup nikmati dan rasakan sensasi kengerian yang sama seperti film pertamanya di tahun 1978.
Layaknya film pertamanya yang berbudget minim yaitu 200 ribu dollar, namun bisa menghasilkan pundi-pundi hingga 70 juta dollar, Halloween versi 2018 ini pun memiliki budget yang minim, hanya 10 juta dollar untuk produksinya.Â
Namun seperti proyeksi yang dikatakan di banyak situs film, nampaknya budget tersebut sudah bisa tertutupi di hari pertama penayangannya di Amerika kelak. Efek pop culture dari Michael Myers yang cukup tinggi, menyebabkan film ini dinanti dan jadi incaran banyak orang di bulan yang identik dengan perayaan Halloween ini.
Lalu apakah ada sekuelnya? Melihat dari ending yang masih menggantung dan potensi raupan dollar besar dari penayangannya di seluruh dunia, rasanya di masa depan mungkin saja si rumah produksi kembali membuat sekuelnya.
Apalagi jalan cerita si Michael Myers sudah coba "diperbaiki" oleh John Carpenter. Sehingga tentu saja, semakin terbuka kisah-kisah lainnya. Baik masih menggunakan sosok Michael Myers, ataupun tokoh baru yang mungkin saja dimunculkan.
Menarik juga apakah genre ini masih diterima millenials khususnya di Indonesia. Tapi melihat hari perdana penayangannya di Indonesia yang okupansinya lumayan oke, sepertinya film ini akan memiliki nafas panjang di bioskop tanah air.
Jadi, sudah siap bernostalgia teman-teman? Yuk, enjoy Halloween.
Tapi ingat, jangan sampai bawa anak-anak menyaksikan film ini. Karena di bioskop tempat saya menonton, sangat disayangkan banyak sekali orangtua yang membawa anak-anaknya yang masih cukup kecil.
Salam Kompasiana.
Skor: 7,5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H