Tapi bukankah itu unsur utama film slasher? Sedikit cerita, banyak darah.
Film ini pun tidak menawarkan cerita yang rumit ataupun menawarkan scene yang lebih masuk akal hanya karena ini sudah di tahun 2018. Nyatanya, Halloween tetap menyajikan cara pembunuhan yang seram, keji dan beberapa diantaranya terkesan tidak masuk akal. Jelas, elemen klasiknya masih dipertahankan disini.
Hal lain yang saya suka adalah musik latar film ini masih menggunakan halloween theme tahun 1978 yang sangat ikonik itu. Berterima kasihlah terhadap John Carpenter yang ikut meramu musik latar film ini. Tentu saja hal tersebut menambah efek ngeri dan mencekam khas film Halloween.
Teknik pengambilan gambar pun tetap mengikuti film pertamanya, sehingga sekilas kita seperti menyaksikan film klasik namun dengan teknologi yang lebih modern.
Trio Penyelamat Halloween
Apalagi Nick Castle yang kini dibantu oleh James Jude Courtney, masih mampu menampilkan sosok Myers yang kokoh, besar, sadis namun juga tanpa emosi didalamnya.
Bisa dikatakan trio John, Jamie dan Nick berhasil mengembalikan sisi magis film ini. Apalagi ditambah pengembangan karakter Laurie Strode yang kini lebih siap dari versi dirinya di usia 17 tahun, yang kala itu masih belum siap menghadapi serangan brutal Myers hingga meninggalkan trauma mendalam.
Mengembalikan Popularitas Genre Slasher
Apalagi di Indonesia, genre slasher sejatinya kurang diterima masyarakat. Orang Indonesia cenderung lebih senang ditakuti sosok perempuan berbaju putih dan berambut panjang dibanding satu orang pembunuh berantai yang memang sebenarnya bisa dikalahkan dengan pengeroyokan massa, hehehe.