Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

[Review Film] Menyaksikan "Samson" Tanpa Delilah

21 Februari 2018   06:54 Diperbarui: 21 Februari 2018   12:06 5220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Wittyghost.com

Dan berikut ini beberapa pon review akan saya sampaikan dalam tulisan ini. Let's go!

Setting

Sebagai film faith based movies, sebenarnya film ini tidaklah buruk. Hal ini terlihat dari cukup seriusnya tim produksi film tersebut membuat Israel dalem bentuk CGI. Meskipun memang tidak bisa disandingkan dengan CGI seperti pada film-film Marvel, namun menurut saya sudah cukup baik. 

Toh dengan budget film yang konon hanya sebesar 4 juta USD, tentu tidak seharusnya kita mengharapkan CGI yang luar biasa. Selain itu, setting film di Afrika Selatan menurut saya sudah cukup baik. Menampilkan landscape yang kaya seperti hutan, gurun dan tebing batu yang juga memanjakan mata penontonnya.              

Karakter

Saya rasa kekurangan terbesar dari film ini adalah kekuatan serta chemistry antar karakter di filmnya. Samson tidak begitu diperankan dengan baik oleh Taylor James padahal Samson adalah karakter utama yang seharusnya memiliki kharisma yang lebih daripada aktor lainnya. Tapi sayangnya, kharisma tersebut rasanya tidak bisa ditampilkan lantaran sosok Samson sendiri yang inkosisten. 

Penggambarannya terkadang terlalu playboy bahkan cenderung seperti anak-anak. Padahal kita tahu, Samson merupakan seorang hakim agung di zamannya yang tentunya pendekatan karakternya mungkin bisa lebih seperti Bruce Wayne yang playboy namun tetap berkharisma. 

Karakter seorang raja jahat yang diperankan oleh Billy Zane pun seperti kurang mendapat porsi, justru Rallah yang diperankan oleh Jackson Rathbone yang terkenal dalam trilogi Twilight Saga yang cukup memberi warna pada film ini, meskipun karakter seorang pangeran yang licik ini cukup klise dan tidak original. 

Penggambaran hubungan antara Samson dengan Tuhan juga sebenarnya kurang begitu kuat, dia terkesan hanya memanggil Tuhan di saat keadaan genting.

Scoring

Film ini cukup terbantu dengan adanya scoring atau musik latar yang menurut saya cukup megah. Tabuhan drum khas musik-musik timur tengah dan orchestra yang megah di setiap scene peperangan Samson, cukup membantu merepresentasikan keadaan yang terjadi pada film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun