Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hilangnya 'Credit Title' di Stasiun Televisi

2 Januari 2012   14:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:26 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_160733" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Kegiatan menonton film memang sangat digemari semua orang. Mulai dari film ringan seperti film komedi, action, cartoon sampai ke film-film berat seperti drama politik. Hal itu membuat setiap orang memiliki jenis film favoritnya masing-masing. Kebiasaan orang-orang dalam menonton pun bermacam-macam. Ada yang terbiasa untuk menonton film hanya ketika filmnya muncul di bioskop, ada yang terbiasa untuk menontonnya hanya di dvd, dan ada yang menonton film hanya ketika film tersebut tayang di salah satu stasiun televisi lokal. Cara yang terakhir inilah yang sangat digemari oleh setiap orang dari berbagai kalangan. Dari kalangan menengah atas hingga menengah bawah pasti sangat senang duduk berlama-lama di depan televisi untuk menikmati film-film yang dihadirkan berbagai macam stasiun televisi. Mulai dari film Indonesia, India, Asia serta Hollywood semuanya pernah bahkan sering dihadirkan oleh stasiun televisi lokal. Bahkan ketika hari-hari besar tiba seperti lebaran, natal, tahun baru dan tahun baru imlek semua stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan film-film Hollywood terbaik. Sungguh momen yang sangat menyenangkan dan menguntungkan bagi para pecinta film. Namun, ada hal yang sangat mengecewakan yang dilakukan oleh hampir semua stasiun televisi lokal Indonesia. Kenapa ? Karena stasiun televisi tersebut sama sekali tidak menghargai sebuah karya film yang telah diciptakan oleh sineas-sineas mancanegara dalam hal ini khususnya sineas-sineas yang berasal dari Hollywood. Mereka menghilangkan credit title yang justru disinilah titik penting dimana seorang sineas ingin karyanya diakui dan dikenal oleh masyarakat luas. Ingin mengenalkan bahwa sebuah film merupakan sebuah karya yang fenomenal yang tidak dikerjakan sendiri namun dikerjakan oleh puluhan bahkan ratusan orang yang rela mengerjakan proyek film selama berbulan-bulan untuk dinikmati hanya selama dua jam saja. Credit title merupakan tempat utama "perkenalan" para kru film mulai dari sutradara, aktor hingga ke bagian yang dianggap tidak penting seperti driver. Bahkan dvd bajakan pun menyertakan credit title suatu film. Kenapa stasiun tv yang notabene penyiarannya merata ke seluruh Indonesia justru menghilangkan credit title ini ? Memang di beberapa film, sejak awal sudah memperkenalkan deretan aktor/aktris, sutradara bahkan beberapa orang dibalik layar seperti penata efek visual, make up dan sebagainya. Namun itu hanya di beberapa film, tidak semuanya. Hal ini sudah saya perhatikan sejak salah satu stasiun televisi yang baru-baru ini berganti logo yang konon katanya memiliki kemiripan dengan logo kompas TV ini memulai acara rutin menayangkan film-film hollywood dimana acaranya diberi tajuk 'bioskop' sejak beberapa tahun yang lalu. Saya ingat pada awalnya, stasiun tv ini menayangkan secara penuh credit title dari film-film hollywood yang ditayangkan untuk kemudian beberapa bulan berikutnya credit title nya di "fast forward" sehingga berjalan sangat cepat dan tidak terbaca dan sampai pada akhirnya, credit title dari berbagai film hollywood tersebut dihilangkan. Saya juga baru sadar credit title dihilangkan ketika tahun baru kemarin karena akhir-akhir ini saya jarang menonton film di televisi . Kemudian setelah film tersebut habis, saya berpindah channel ke tv lain yang juga memiliki acara serupa setiap malam yang dulu dikenal dengan nama 'layar emas' namun sekarang sudah berganti nama dengan ada embel-embel kata 'box office' di acara tersebut. Di stasiun tv tersebut ternyata juga telah menghilangkan credit title. Padahal saya sangat ingat bahwa stasiun tv tersebut dulu sangat "rajin" menampilkan credit title dari berbagai film yang ditayangkannya. Entah mengapa kini dihilangkan dan sejak kapan berubahnya saya juga tidak tahu. Memang, credit title merupakan sebuah hal yang sederhana dimana hanya menampilkan deretan tulisan-tulisan yang bagi sebagian orang tidak penting dan bahkan ketika suatu film telah habis, tidak sampai credit title pun orang juga pasti sudah memindahkan channelnya untuk menyaksikan acara yang lain. Namun, sebagai media yang sudah dikenal luas sebagai salah satu media aspirasi karya dan media yang sangat menghargai karya cipta seseorang, seharusnya stasiun televisi juga memberikan contoh yang baik bagi semua orang. Dimana penghargaan sebuah karya cipta dalam hal ini film bukan hanya dengan menampilkan film tersebut dari awal hingga akhir tanpa ada bagian yang dipotong dan sebagainya, namun juga menampilkan bagian yang "terlupakan" bagi sebagian orang agar setiap orang mengerti bahwa film juga merupakan sebuah karya seni yang utuh yang memiliki hubungan antara aktor dengan kru dan film maker nya, sama seperti musik dengan pencipta lagunya dan perusahaan rekamannya, lukisan dengan nama pelukisnya serta sanggar tempat bernaungnya si pelukis dan para penari dengan para koreografernya. Dengan menghilangkan credit title suatu film, maka stasiun tv akan dianggap sebagai media yang hanya mementingkan sisi komersil dan menghilangkan sebuah bagian penting dari suatu karya film. Dengan seperti itu, stasiun tv juga secara tidak langsung mengajarkan kepada pemirsanya untuk masa bodoh terhadap suatu karya film. Dengan kata lain seperti ini " Kalau filmnya sudah habis, ya sudah.Apalagi yang mau ditonton. Credit title ? ganti aja". Mengajarkan bahwa film itu hanya hubungan cerita dan para aktornya, tidak masalah jika sutradara dan kru yang lain tidak ditayangkan. Memang banyak faktor yang menyebabkan stasiun tv menghilangkan credit title sebuah film. Mereka merasa bahwa durasi credit title yang kurang dari 5 menit itu sangat berpeluang untuk menghasilkan uang dari iklan yang ditayangkan dari hasil mengganti tayangan credit title menjadi slot untuk iklan. Dan tidak adanya penonton ketika credit title berlangsung juga menyebabkan stasiun televisi enggan menampilkan tayangan yang "tidak penting" dan menggantinya dengan iklan ataupun promo acara stasiun tv tersebut. Harus diakui, kita tidak bisa memaksakan suatu stasiun televisi mengganti kebijakannya. Namun, alangkah baiknya jika stasiun tv menghargai karya film dari berbagai sineas baik hollywood ataupun Indonesia. Karena yang saya amati dari stasiun televisi luar negeri yang saya tonton dari tv satelit, mereka selalu menampilkan credit title dan tidak pernah menghilangkannya. Karena credit title menyangkut hak kekayaan intelektual yang apabila tidak ditayangkan dapat berurusan dengan hukum. Sama saja seperti ketika kita menulis dari suatu sumber namun kita tidak menyertakan sumber tersebut pada tulisan kita.Padahal, credit title itu dapat kita gunakan sebagai sarana pembelajaran. Kita dapat melihat dan mencatat orang-orang yang terlibat dalam suatu produksi film seperti sutradara, aktor, penata efek visual dan sebagainya untuk kemudian kita cari profilnya di internet yang mungkin dapat kita jadikan bahan untuk tulisan terbaru di blog kita dan sumber penelitian. Karena saya juga termasuk orang yang suka mencari tahu hal sekecil apapun di dunia film, yang mungkin sama dengan para pembaca dan beberapa teman-teman kompasianer. Bukankah hal ini juga akan mengecewakan para sineas yang ada di Industri film Indonesia apabila film-film Indonesia suatu saat rutin ditayangkan di acara 'bioskop' tersebut dan tidak menyertakan credit title nya ? Semoga stasiun-stasiun televisi tersebut cepat sadar. Semoga.. Salam kompasiana :) -Yonathan Christanto- *tulisan ini murni opini, tidak bermaksud menjelekkan suatu stasiun tv ataupun menggurui kawan-kawan kompasianer. enjoy tulisannya dan mari berdiskusi :) Untuk membaca postingan Headline saya lainnya. Enjoy :) http://www.kompasiana.com/posts/tags/yonathanhl/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun