[caption id="attachment_151866" align="aligncenter" width="332" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock.com)"][/caption] A: "Halo ini siapa ya ?" Â B: "Loh ini siapa ? mau bicara dengan siapa ?" Â A: "oh iya maap mas, saya ibu x mau bicara sama ibunya, ada ?" B: "Oh, ibu x, sebentar saya panggilkan". Itulah salah satu contoh dialog saya di telepon rumah saya dengan salah satu teman ibu saya tadi siang. Sekilas tidak ada yang aneh dengan dialog yang saya lakukan dengan ibu tersebut, namun bila diperhatikan pasti para pembaca mengerti dimana letak kesalahannya. Ya, ketika ibu itu memulai pembicaraan, bukannya ucapan selamat siang terlebih dahulu atau assalamualaikum ataupun kata-kata pembuka lainnya dalam bertelepon, namun ibu ini langsung melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh saya. Ibu itu langsung berkata "Halo ini siapa ya ? ", aneh bukan ? Saya juga merasa sangat aneh dengan kejadian ini. Kejadian ini bukan hanya saya alami sekali, namun sudah berkali-kali. Baik itu dilakukan oleh teman saya yang notabene masih berusia muda ataupun teman-teman orangtua saya yang usianya sama dengan orang tua saya. Dengan kejadian seperti ini, saya semakin menyadari bahwa semakin hari kesopanan dalam bertelepon semakin berkurang. Orang menjadi semakin masa bodoh dengan kegiatan bertelepon. Yang penting mereka memperkenalkan diri dan mendapatkan tujuannya yaitu berbicara dengan orang yang ingin dihubunginya. Padahal, bertelepon juga memiliki aturan yang sama seperti ketika kita ingin memasuki rumah seseorang dimana kita diharuskan permisi dengan mengetuk pintu atau memanggil nama orangnya dengan sopan dan disertai dengan ucapan "selamat siang/pagi/malam" ataupun mengucapkan assalamualaikum bagi umat muslim. Karena baik rumah atau telepon memiliki status yang sama yaitu privacy dan dapat diakses siapapun penghuni rumah tersebut.. Berkurangnya kesopanan saat bertelepon juga terjadi pada petugas telemarketing pada sebuah perusahaan dalam hal ini saya mengambil contoh sebuah bank, dimana mereka ditugaskan untuk "menjual" produk bank seperti kartu kredit, tabungan anak dan sebagainya dengan menelepon nasabah bank tersebut ataupun menelepon orang diluar nasabah bank tempat mereka bekerja karena direkomendasikan bank lain atau perusahaan yang menjadi partner bank tersebut. Tidak salah sebenarnya mereka menelepon untuk memasarkan produknya karena itu merupakan tugas dari perusahaan tempatnya bekerja. Yang jadi masalah adalah, ketika para petugas telemarketing ini menjadi petugas yang memaksa calon customer untuk mau "menerima" mereka. Pernah suatu saat, petugas tersebut menelepon ke rumah ingin menawarkan produk kartu kredit ke kakak saya yang kebetulan telepon tersebut dijawab oleh ibu saya.Namun karena sedang tidur siang dan sedang liburan, ibu saya meminta petugas tersebut untuk menelepon kira-kira satu jam lagi. Namun apa yang terjadi, petugas tersebut dengan santainya berkata "Bangunin dong bu, ini penting banget". Sopan kah berkata seperti itu kepada orang tua ? Sontak ibu saya menjadi geram dan memaki petugas tersebut dan meminta untuk tidak menghubungi rumah kami sampai kapanpun. Akhirnya petugas itupun berkali-kali meminta maaf kepada ibu saya karena dia beralasan semua demi tugas. Sebenarnya tidak salah jika petugas itu meminta tolong ibu saya untuk membangunkan kakak saya, namun tidak adanya kata "tolong" atau "maaf" sebelum dia meminta membangunkan kakak saya serta nada bicara serta kalimatnya yang "seenaknya" menjadi faktor yang membuat ibu saya geram dan menganggapnya tidak sopan. Kalau memang ingin membangunkan bukankah lebih baik dia langsung menelepon ke ponsel kakak saya ? Dari beberapa kejadian yang saya serta orang tua saya alami, saya mengambil beberapa penyebab dari berkurangnya kesopanan saat bertelepon saat ini, yaitu : Kebiasaan Bertelepon Menggunakan Ponsel Sadar atau tidak, bertelepon dengan menggunakan ponsel sedikit demi sedikit mengubah cara bertelepon kita dengan menggunakan telepon rumah. Saya dan pembaca pasti ada yang menyadari hal ini. Hal ini dikarenakan si penerima telepon sudah mengetahui identitas penelepon melalui nomor kontak yang akan muncul ketika si penerima telepon menerima telepon dari seseorang dan sudah pasti orang yang menelepon juga sudah mengetahui siapa penerima telepon yang menjadi tujuannya -beda cerita kalau salah sambung-. Bila sudah seperti ini, kita tidak perlu lagi mengucapkan salam pembuka ataupun memperkenalkan diri karena sudah mengetahui identitas masing-masing. Misal si penerima telepon belum menyimpan nomor ponsel si penelepon, hal itu juga bukanlah menjadi perkara karena ponsel merupakan benda yang sangat privacy melebihi telepon rumah dan bisa saja ketika kita mengangkat telepon dari nomor yang tidak kita kenal, kita dapat langsung berkata "Halo, siapa nih ? " atau "Halo, nomor siapa nih ? " dan si penelepon juga dapat langsung berkata "Halo ini Y, eh nih nomer baru gw nih.Save ya" tanpa mengucap salam terlebih dahulu. Nah, kebiasaan ini juga mungkin akan terbawa saat bertelepon menggunakan telepon rumah. Si penelepon merasa bahwa yang pasti mengangkat telepon adalah orang yang ditujunya. Padahal, telepon rumah adalah benda yang dapat diakses siapa saja penghuni rumah tersebut. Gaya Hidup Serba Cepat Mungkin ini juga menjadi salah satu faktor berkurangnya kesopanan saat bertelepon. Kebiasaan melakukan hal apa saja dengan cepat menyebabkan terkadang kita lupa untuk mengucapkan kata-kata sederhana di telepon seperti salam. Langsung menuju ke "sasaran" bahkan terkadang menanyakan hal yang aneh yang harusnya dilakukan si penerima telepon namun ternyata dilakukan si penelepon yaitu "halo,ini siapa ya ?". Masa Bodoh Ini yang harus dihindari. Banyak orang yang masa bodoh dengan salam, perkenalan diri dan lebih sering langsung ke pokok tujuan. Telepon orang yang dituju, berbicara sesuai kepentingannya dan selesai. Padahal menjaga kesopanan dalam bertelepon juga sama halnya dengan menjaga kesopanan dalam bertamu. Dikejar Target Ini untuk para petugas telemarketing. Petugas ini memang pasti mengucapkan salam serta memperkenalkan diri ketika menelepon calon customer. Namun, ditengah tengah telepon, mereka kadang mengucapkan beberapa hal yang kurang sopan terutama bagi orang tua seperti "Bisa tolong bangunin gak ?" atau "Tadi tidurnya dari jam berapa trus kira-kira bangunnya jam berapa ?". Hal ini jadi seperti kelewat batas dan tidak pantas diucapkan. Petugas telemarketing ini jadi (maaf) seperti layaknya seorang debt collector yang terus mengejar customer nya. Alasan tugas menjadi hal yang tidak masuk akal dan kelewat batas dan sudah seharusnya para petugas telemarketing ini diberi pelatihan lagi agar tidak mengganggu customer dengan alasan tugas, padahal semuanya karena "dikejar" target. Bila keempat hal ini dapat diatasi, sudah pasti kesopanan dalam bertelepon akan meningkat dan tidak hanya saat bertelepon menggunakan telepon rumah, namun kesopanan saat bertelepon menggunakan ponsel pun akan meningkat juga. Selain itu, petugas telemarketing juga akan menjadi sosok yang menyenangkan bukan menyebalkan karena tidak mengganggu orang dengan sikapnya di telepon. Sopan dalam bertelepon untuk menghargai si penerima telepon dan sopan untuk meningkatkan harga diri kita sebagai penelepon. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam kompasiana :) -Yonathan Christanto- artikel ini tidak bermaksud menggurui kawan-kawan kompasianer lain. Hanya ingin berbagi seputar fenomena bertelepon yang mulai berkurang kesopanannya. Untuk membaca postingan Headline saya lainnya. Enjoy :)Â http://www.kompasiana.com/posts/tags/yonathanhl/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H