Di jalan utama, saya sedikit menyebrang menuju balai desa dan jalan kampung. Jalanan kampung ini biasanya dipergunakan untuk pasar tradisional setiap hari Minggu, pada hari Minggu itu wisatawan bisa mencicip makanan khas Osing seperti pecel Pithik, kucur dan lainnya.
Hari itu jalanan sepi, hanya terlihat sebagian ibu-ibu bersih-bersih rumah. Mereka begitu ramah menyapa. Rumah-rumah khas Suku Osing terbuat dari kayu. Didepan rumah terkadang terdapat beberapa sayuran dan tanaman berguna untuk keperluan dapur atau obat-obatan.
Di teras, terkadang rumah-rumah memajang sangkar-sangkar burung kesayangan para bapak. Saya berjalan lurus mendapati ikon Desa Kemiren yakni patung besar Barong Kemiren sebagai penyambut tamu.
Kesenian Unik Desa Kemiren
Saya melihat begitu dekat dan hormat nya penduduk Desa Kemiren dengan danyang desa yakni buyut Cili. Makam petilasan buyut Cili terletak di titik tertinggi di desa itu. Keberadaan dan lahirnya kesenian-kesenian di Desa Kemiren tidak lepas dari petunjuk buyut Cili. Â
Menurut Koentjaraningrat (1980), mistik merupakan bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang dianggap meliputi segala hal dalam alam dan sistem keagamaan ini sendiri dari upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan Tuhan.Â
Sebagai wujud religi, kesenian yang ada di Desa Kemiren adalah bentuk upacara sakral yang telah dilestarikan selama ratusan tahun, diperkirakan pada abad 17 telah ada. Â Hingga pada tahun 2014, ritual itu mulai diperhatikan pemerintah Banyuwangi dan menjadi jalan besar menemukan ciri khas Banyuwangi sebagai kota unik, mistik dan bentang alam yang indah.Â
Barong Kemiren Ikon Desa Kemiren