Mohon tunggu...
yonalita wirman
yonalita wirman Mohon Tunggu... -

iseng bawel dan sok tau :p www.kakagembil.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Bird in the Hand Theory #Gordon Litner#

14 Mei 2010   07:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali saya mendengar teori "satu burung ditangan lebih berharga dari seribu burung diudara" adalah saat saya membaca artikel tentang pasar modal jaman kuliah dulu. teori ini biasa dianut para long term investor, yang cenderung setia pada satu perusahaan dengan prinsip pembagian dividen merupakan bentuk komitmen terbaik perusahaan kepada pemegang saham yang loyal.

Menganalogikan pada kehidupan pribadi, saya ingat salah seorang partner terdekat mengatakan "manusia itu ga ada yang sempurna, mau nyari pasangan juga sesempurna apapun pasti ada cacatnya, kalo udah nemu satu yang berharga ya di jaga"

Ada satu pertanyaan besar menggelitik waktu itu, pertanyaan bodoh, merujuk pada bird in the hand theory-nya si Gordon Litner, gimana kalo satu burung yang ditangan yang diyakini berharga itu ternyata mengecewakan? bagaimana kalo saham yang kita pilih itu ternyata perusahaannya mengalami kejatuhan ato melakukan pengkhianatan, sehingga dividen yang ditunggu2 jauh dari apa yang di harapkan, apa yang harus kita lakukan?

kalo saya analogikan dalam kehidupan, bagaimana kalo orang yang dianggap berharga ternyata mengecewakan? bagaimana kalo yang di"tangan" itu mengkhianati? apa yang harus kita lakukan?

Saya juga pernah dengar teori diversifikasi dari Markowitz, "dont put all your eggs in one basket" jika saya memiliki saham sebaiknya di diversifikasikan, agar saat telur di keranjang 1 pecah, masi ada telur2 segar dikeranjang lainnya, agar saat saham yang satu rugi, masi ada harapan untung di saham lainnya.

kembali lagi dengan pemikiran bodoh, saya menganalogikan bagaimana dalam kehidupan sehari2 saat saya dewasa? apakah saya harus buka cabang punya pacar di mana2? jadi bila si A tidak setia saya masi punya si B, ato malangnya lagi jika si B pun selingkuh saya masi punya si C ato saat hidup benar2 mengutuki saya si C ninggalin kawin, saya masi punya si D? apakah hidup harus seperti itu?

apakah hidup se-analogi dengan teori2 saham?

apakah saya  harus mengikuti teori si Gordon ato teori si Markowitz???

Setelah merenungi, saya cuma punya satu teori, teori-soktau-saya "hidup memang bukan permainan saham tapi hidup mirip bermain saham, hidup adalah apa yang kita yakini, hidup adalah pilihan kita yang meyakini sesuatu yang kita anggap berharga dan menjalaninya dengan baik, hidup ada yang mengatur, saat kita sudah berusaha menjaga satu burung ditangan yang ternyata jauh api dari arang, itu hanya resiko, jika yang kita jaga membanggakan itu adalah return. apa yang kita pilih apapun hasilnya harus diikhlasin, karna teori yang paling ampuh yaitu GOD THEORY pasti ngasi yang terbaik buat umatnya" :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun