Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi dan Saling Hargai adalah Kunci Akhiri Konflik

12 September 2024   19:11 Diperbarui: 12 September 2024   19:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kunjungan Sri Paus Fransiskus kebeberapa negara di Asia dan Pasifik, diantaranya Indonesia, papua Nugini, Timor Leste dan Singapura, selain bertemu dengan umat, Sri Paus juga bertemu dengan otoritas kekuasaan alias pemerintah. Di Indoensia sendiri, Sri Paus bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan seluruh kabinetnya. Selain itu juga beliau bertemu dengan tokoh agama di Indonesia dari berbagai agama, dan tidak hanya Katolik.

Begitu juga dengan kunjungan di negara lain, Sri Paus juga bertemu dengan kepala negara dan seluruh kabinet di negara itu.

Di Indonesia, Sri Paus banyak berbicara soal keragaman (agama, etnis, bahasa dan warna kulit). Beliau mengatakan bahwa konflik yang disertai kekerasan yang terjadi di berbagai belahan dunia sering terjadi akibat kurangnya sikap saling menghargai, toleransi dan memaksakan kepentingannya sendiri kepada pihak lain secara sepihak.

Perang merupakan puncak dari konflik antar pihak itu karena satu pihak tidak menghargai keadaan atau kondisi pihak lain. Rusia dan Ukraina sejatinya adalah pecahan dari negara komunis terbesar pada zamannya yaitu Uni Sovyet yang kemudian memerdekakan diri melalui referendum. Namun konflik senantiasa terjadi antara Ukraina dan Rusia karena Rusia dianggap selalui ingin bersikap superior bahkan mengendalikan beberapa negara pecahan lainnya termasuk Ukraina. Ukraina yang bersikap dekat dengan NATO akhirnya  membuat Rusia benar-benar marah dan akhirnya berpuncak pada perang yang dimulai pada Februari 2022. Rusia tidak menghargai pilihan Ukraina untuk dekat dengan NATO dengan berbagai pertimbangan.

Sebenarnya Sri paus tidak hanya "menyenggol" konflik besar semacam perang Ukraina, namun juga contoh konflik kecil seperti intoleransi yang kerap terjadi di Indonesia. Meski dianggap kecil, intoleransi sejatinya adalah juga konflik karena di konteks itu satu pihak tidak menghargai keberadaan pihak lainnya. KIta tahu banyak sekali kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia. Beberapa kasus malah diregulasi melalui perda. Intinya sering terjadi mayoritas ingin menyeragamkan pihak lain dalam hal ini minoritas. Konflik besar atau kecil akan bermuara pada penderitaan kepada warga negara.  

Dalam kesempatan itu, Paus memuji persatuan dalam keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Paus mengagumi semboyan Bhinneka Tunggal Ika punya Indonesia yang bermakna harfiah berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan itu mengungkapkan realitas beraneka sisi dari berbagai orang yang disatukan dengan teguh dalam satu bangsa.

Kesadaran saling menghargai ini harus dimulai bersama, baik dari pemerintah maupun masyarakat dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Beberapa daerah tak perlu berlindung dibawah otonomi daerah dengan mengeluarkan perda yang bersifat intoleran yang bisa jadi membuat pihak lain menderita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun