Setiap Oktober dan November kita dihadapkan pada dua peringatan penting, yaitu Sumpah Pemuda pada 28 Oktober dan Hari Pahlawan pada 10 November. Keduanya punya satu benang merah yaitu persatuan untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan.
Sumpah Pemuda terjadi pada tahun 1928 dan sungguh tak mudah untuk mencetuskan ide persatuan ditengah-tengah kondisi kolonialisme, keterbatasan komunikasi, keanekaragaman prespektif perjuangan, kendala wilayah dan lain-lain. Semua hal di atas, keadaannya tidak sama dengan masa kini yang hanya perlu satu sentuhan (klik atau touch pada keypad).
Hanya saja berdirinya sejumlah organisasi yang berdasar idealisme maupun kedaerahan seperti Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia, Jong Ambon, Trikoro Darmo (Jong java) segera bertransformasi menjadi gerakan revolusioner. Itu titik penting dimana para organisaoris itu akhirnya sadar bahwa mereka harus bersatu untuk mencapai cita-cita bersama yaitu kemerdekaan. Â
Organisasi-organisasi kedaerahan berproses dan kemudian bersatu. Tidak mudah mewujudkan  kongres pemuda yang kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda yang fenomenal itu. Kongres itu adalah wujud dari politik integritas karena menyatukan kekuatan untuk melawan musuh bersama yaitu kolonialisme.
Setelah kemerdekaan kita raih dan aneka peristiwa membawa kita pada saat ini, politik integritas itu lambat laun berubah  menjadi politik identitas. Kebersatuan ditengah perbedaan (integritas) mampu kita ubah menjadi energi sehingga mampu mengubah keadaan dari bangsa yang tidak berdaya menjadi bangsa yang bisa melawan kaum penjajah, kini nyaris memudar.
Yang banyak muncul kini adalah hal hal yang malah mempersoalkan perbedaan yang kita punya. Orang mulai suka membeda-bedakan apa agamanya, dari suku mana, dengan warna kulit apa dan lain sebagainya. Para pihak ini cenderung menjauhkan diri dari yang berbeda, yang dulu justru menjadi perekat satu sama lain. Perbedaan Indonesia yang memang menjadi takdir  oleh beberapa pihak justru ingin disamakan atau menuntut kesamaan.
Terus terang ini mundur dari dari kondisi masa lalu, termasuk semangat Kebangkitan Nasional, semangat Sumpah Pemuda maupun semangat Kemerdekaan dimana kebersatuan ditengah perbedaan mampu diubah menjadi energi dahsyat. Kini kita malah mempersoalkan perbedaan.
Marilah kita kembali miliki semangat kebersatuan yang pernah kita miliki sebab tantangan pada masa kini dan akan datang jauh lebih berat. Tantangan itu berupa kemajuan teknologi, perkembangan ekonomi yang harus kita pecahkan bersama dan lain sebagainya.
Percayalah, hanya dengan persatuan tanpa mempersoalkan perbedaan mampu membuat kita berdaya melawan tantangan apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H