Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Totalitas, Kunci Hubungan Kita dengan Allah

31 Juli 2020   04:48 Diperbarui: 31 Juli 2020   04:45 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat ash-Shaffat dikena berkisah tentang kisah Nabi Ibrahim AS yang rela karena ketaatannya kepada Allah untuk mengorbankan anak kesayangannya. Pada akhir cerita sebenarnya Allah hanya memberi ujian kepada Nabi Ibrahim soal ketaatannya pada Allah dan kemudian mengutus malaikat Jibril untuk mengganti Ismail dengan domba gemuk.

Pada zaman nabi Adam yang beranak dua yaitu Qabil dan Habil; mereka melakukan kurban kepada Allah. Namun dikisahkan bahwa kurban dari Habil-lah yang diterima oleh Allah dan bukan kurban Qabil. Kenapa ? Karena Allah menilai bahwa Habil punya ketulusan hati dan ketakwaan Habil kepada Allah.

Jadi sebenarnya makna Idul Adha atau Idul Kurban lebih luas dari itu. Idul Kurban tidak menyoal soal daging dan darah yang dikorbankan, besar atau kecil; mahal atau tidak. Yang dipersoalkan oleh Allah adalah soal ketulusan hati pemberi kurban; apakah hatinya tulus atau tidak atau setengah atau hanya pura-pura tulus. Seperti ada tertulis :

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (Al-Hajj: 37)

Dan saar Allah membatalkan penyembelihan Ismail, Allah berfirman :

"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) 'Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim'. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman."

Dari gambaran di atas bisa disimpulkan bahwa Allah menuntut kepatuhan atau ketaatan total dari umatnya tanpa harus mengandalkan logika manusia yang terbatas itu. Kita melihatnya bagaimana Allah mencintai nabi Ibrahim karena ketaatan dan kepatuhan yang total kepada Allah. Pria yang puluhan tahun tidak diberikan anak namun pada saat dia renta dan selalu patuh kepada Allah, Allah memberikannya putra yang kemudian akan beranak pinak dan tersebar di seluruh dunia. 

Saat anak itu mencapai umur cukup, Allah Allaseakan mengujinya lagi dengan menyuruhnya menyembelih anaknya sebagai kurban bakaran kepada Allah. Secara logika manusia yang terbatas, mana ada orang tua yang tega menyembelih anaknya sebagai korban kepada Allah. Apalagi anak yang dinantikan oleh Ibrahim selama puluhan tahun dengan meminta khusus kepada Allah. 

Pikiran Allah bukan pikiran manusia. Keduanya tidak sama namun kita harus paham kehendak Allah dalam semua yang diperintahkannya melalui Nabi dan al-Quran. 

Dengan iman yang total-lah kita bisa melewati banyak kesulitan seperti pada masa-masa kini dimana kita harus tetap berguna dan bermanfaat bagi orang lain meskipun itu sulit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun