Sering kita mendengar kata Indonesia dikaitkan dengan kata persatuan dan kesatuan, baik di ujaran langsung maupun di media sosial. Kenapa selalu terkait dengan kata itu Kita tahu bersama Indonesia dibandung dari beraneka suku bangsa, bahasa dan adat. Puluhan, ratusan bahkan ribuan. Juga agama dan bahasa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Agama terdiri dari enam agama resmi dan beberapa ajaran kepercayaan, juga bahasa daerah sangatlah banyak.
Di atas semua keberagaman itu , Indonesia dipersatukan menjadi sebuah negara dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ; berbeda tetapi tetap satu. Perbedaan ini harusnya menjadi perekat dan bukan sebagai pemisah.
Tapi beberapa tahun belakangan ini, semboyan persatuan dan kesatuan itu kian terkikis. Beberapa kejadian membuat Indonesia seakan jauh dari bersatu dan damai. Hal itu banyak tercermin di media massa dan media sosial.
Kejadian-kejadian itu adalah terorisme dan politik. Keduanya membuat persatuan, kesatuan dan damai jauh panggang dari api. Terorisme yang kerap terjadi di Indonesia seringkali memakai symbol dan mengutip ayat-ayat di Al-Qur'an untuk menjalankan misi mereka. Mereka memahami perintah Allah dengan sempit dan memakai ayat-ayat perang yang dicuplik-cuplik.
Begitu juga halnya dengan kontestasi politik yang membawa serta agama sebagai senjata untuk menyerang lawan politik. Ini satu fenomena yang sebelumnya tak pernah ada di bumi Indonesia. Serangan dengan mengutip ayat-ayat perang yang bernafaskan jihad kerap menjadi peluru yang mematikan lawan politik yang punya keyakinan agama berbeda. Sehingga orang lain yang mungkin tidak seagama dengan kita menafsirkan bahwa agama Islam adalah agama yang agresif dan gemar menimbulkan permusuhan.
Jika kita telaah lagi dalam Al-Qur'an, banyak sekali ayat-ayat yang menghargai perbedaan atau menganggap bahwa perbedaan adalah keniscayaan.
Misalnya kita bisa melihat pada QS Al Kafiruun yang cukup menghargai keberagaman dengan menyerahkan kepercayaan itu kepada masing-masing individu. "Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Pada prinsipnya, Islam tidak pernah mengajarkan semua orang untuk mengikuti Islam, namun bukan berarti Islam membenarkan semua agama. Hal yang tampak pada ayat itu adalah Islam membebaskan dan menghormati pilihan masyarakat soal keyakinan dan pilihan masing-masing. Didalamnya juga termaktub bahwa Islam tak akan menghina jika seseorang yakin akan agama yang dianutnya itu , tapi justru menghargainya.
Sehingga sangat relevan jika dalam kontestasi politik ada pihak yang berbeda keyakinan dan harusnya kita bisa hargai sebagai sebuah pilihan atas keyakinan dia terhadap yang Kuasa, Allah semesta alam. Harusnya para pendukung itu paham dan memakai landasan-ladasan ayat yang relevan untuk tidak memperuncing perbedaan.
Ayat damai kedua ada di QS An Nahl : 125 yaitu "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. "
Ayat diatas sebenarnya memberi gambaran bahwa hakekatnya Ilam adalah agama yang mengajarkan dakwah dengan bil hikmah. Islam memberi petunjuk bahwa dalam menyebarkan dan memberi kesadaran pada manusia hendaknya menggunakan hikmah dan pelajaran yang baik.
Dua ayat damai ini adalah contoh nyata bahwa Islam sangat menghargai perbedaan dan menyokong hikmah dan pelajaran dengan cara-cara yang baik. Dengan mengacu pada beberapa ayat ini dan ayat lain yang mengajarkan kedamaian kita akan merasakan lebih ersatu lain satu sama lain sebagai bangsa Indonesia. Kita juga akan merasakan bahwa menghargai perbedaan (keyakinan) itu juga merupakan hal yang sangat indah sebagai sebuah bangsa yang amat beragam seperti Indonesia.
Karena itu tetap berpedomanlah dengan ayat-ayat damai dan bukan ayat-ayat perang yang mematikan persatuan dan kesatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H