Berdialog tentang hakikat ketuhanan pasti ialah perihal yang lumayan membebani keahlian ide yang mempunyai kapasitas terbatas. Masih banyak masyarakat Awam yang masih menanyakan mengenai apakah kita bisa melihat Tuhan? Karna di dalam agama Islam kita hanya diajarkan untuk percaya kepada Tuhan tanpa mengetahui wujudnya.
Banyak aliran yang membahas apakah kita bisa melihat Tuhan?. Di sini saya akan membahas  dua aliran yang mengatakan kita bisa melihat Tuhan atau tidak.
Aliran Muktazilah
Logisnya, Tuhan ialah Immateri, tidak mengambil tempat serta tidak terikat ruang ataupun waktu. Hingga Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata kepala. Oleh sebab itu kalangan Muktazilah ialah kalangan yang memakai ide selaku otoritas yang paling tinggi apalagi mengalahkan wahyu. Mereka senantiasa sama sekali tidak berkomentar kalau tuhan bisa dilihat dengan mata kepala.
Tetapi terdapat sebagian alasan yang mereka ajukan ialah, sesuatu penglihatan memerlukan terdapatnya sinar ataupun cahaya. Jarak di antara Tuhan serta manusia selaku penentu bisa ataupun tidaknya memandang Tuhan. Lanjutnya bagi alasan Muktazilah, Tuhan terletak jauh di balik tabir( gorden) yang begitu tebal, sebaliknya manusia terletak di depan gorden. Hingga manusia logis nya tidak bisa menembus gorden yang jauh serta tebal tersebut.
Kebalikannya, mereka pula berkomentar terdapat mungkin kalau Tuhan amat dekat dengan manusia, sehingga manusia tidak bisa memandang Tuhan. Semacam memandang pelupuk mata, tidak hendak bisa nampak karna tidak bisa jadi suatu yang terletak amat dekat dapat tertembus sinar. Intinya bagi mereka, bagaimanapun sebabnya Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata kepala.
Aliran Asy 'ariyah
Asy 'ariyah secara tegas menolak alasan dari Muktazilah tersebut. Aliran Asy'ariyah berkata kalau tuhan bisa dilihat dengan mata kepala, namun tidak dalam kondisi sewaktu manusia masih terletak di dunia. Lebih lanjut, baginya manusia bisa memandang Tuhan kala di akhirat nanti, sewaktu manusia telah terletak di surga.Â
Karna baginya buat memandang Tuhan di akhirat, tidak membutuhkan terdapatnya sinar. Walaupun misalnya tidak terdapat sinar sama sekali, entah itu tuhan terletak sangat jauh dari pemikiran mata ataupun dekat, seluruhnya tidak jadi halangan untuk manusia buat memandang Tuhannya.Â
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur'an surah Al qiyamah ayat 22-23 sebagai berikut:
                              Â