Bermula dari SMA, saya sudah ingin belajar naik motor, namun dilarang oleh mama saya. Akhirnya saya pun sempat takut saat hendak belajar. Setelah kuliah, 3 tahun yang lalu, saya bekerja di ibu kota provinsi. Aktivitas menggunakan ojek setiap hari, membuat pengeluaran saya sangat banyak.
Tak bisa tinggal diam, saya harus bisa belajar naik motor sendiri, pikirku. Sejenak merenung "ah, tapi bisa, tidak ya?" melihat keadaan ibu kota provinsi yang sangat ramai yang seakan telah menjatuhkan mental saya terlebih dahulu.Â
Tuhan menjawab doaku. Di saat yang sama, kakak KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) ingin melanjutkan studi di Bandung dan memberikan motor matic berwarna biru yang bernama Ze'E pada saya untuk menggunakan sementara waktu sampai selesai studi. Sebelum ke Bandung, kakak saya hanya mengatakan "ini kunci dan Yona harus latihan untuk bawa". Akhirnya, saya langsung latihan dengan adik saya di suatu sore.
Latihannya hanya berdurasi sekitar 1,5 jam. Karena hari sudah hampir malam, kampi pun berhenti berlatih. Dengan kesepakatan akan latihan hari berikutnya lagi. Tapi karena adik saya juga bekerja, membuat kami tidak punya waktu lagi untuk latihan bersama selama 1 minggu itu.Â
Saya pun nekat membawa motor sendiri ke kampus untuk mengikuti rapat, malam itu. Hanya dengan bermodalkan berani. Pada latihan yang baru satu kali saja, memang saya sudah bisa sendiri membawa motor tp masing sedikit miring.
Saat di jalan, saya gugup ketika melihat banyak kendaraan, akhirnya saya memberikan lampu sein untuk berhenti di pinggir jalan. Orang-orang melihat saya dengan tatapan tajam. Mungkin saja mereka berkata "pasti baru latihan".Â
Besoknya, saya memberanikan diri membawa motor ke tempat kerja. Saya ingat, ketika di bundaran, entah apa yang saya lakukan sehingga membuat om yang membawa motor di samping saya seakan marah serta menatap saya dengan tajam juga. Tapi tidak membuat saya takut lalu tidak lagi mau membawa motor.
Saya selalu tanamkan di otak, "ayo Yona, pasti bisa". Karena niat memang harus bisa, akhirnya dengan banyak rintangan, saya tetap bersemangat dan terus berusaha membawa dengan baik walaupun masih pelan-pelan dan jalannya di pinggir saja serta menanyakan kepada teman/saudara yang sudah terlebih dahulu bisa membawa motor, hal apa saja yang harus dilakukan dalam berkendara. Saya yakin, saya pasti bisa.Â
Puji Tuhan, saya pun akhirnya bisa membawa dengan sedikit lebih lincah dari awalnya.
Saya belajar dari pengalaman ini tentang meraih cita-cita, apapun cita-cita atau mimpinya, yaitu jangan menyerah atau berkecil hati. Langkah awal yang diperlukan untuk menggapai apa yang diimpikan adalah berani melangkah walaupun keadaan di sekitar tidak mungkin untuk kita melangkah.
Kemudian, diperlukan juga telinga yang mau mendengar masukan baik dari orang-orang di sekitar. Serta mau belajar untuk terus memperbaiki kesalahan. Kalau gagal, bangkit lagi. Jangan berhenti sampai di situ. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, artinya hanya tertunda saja.