Mohon tunggu...
Yohana Magdalena
Yohana Magdalena Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pharmacist

Menulis untuk berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Talenta Rara

27 Juni 2020   10:05 Diperbarui: 27 Juni 2020   10:05 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tok..tok..tok." Bunyi suara pintu kamar rawat Rara terdengar.

"Silahkan masuk," jawab Ibu Rara.

"Raaa..." Sinta langsung berlari memeluk Rara yang sedang duduk di atas tempat tidur.

"Kenapa kamu gak kasih tau kalau kamu sakit, Ra? Apa kamu sedang marah sama aku?" tanya Sinta sambil menangis dan perlahan melepaskan pelukannya dari Rara.

"Ra... aku sudah tau penyebab sampai  kamu masuk rumah sakit. Jadi ini alasan mengapa kamu menghilang selama ini? Tidak apa-apa kalau kamu mau belajar, tapi tidak sampai seperti ini, Ra.

"Santi, bukannya kamu ada di tempat lomba?" tanya Rara dengan suara terbata-bata.

"Bagaimana aku bisa ikut lomba sementara salah satu pesertanya yang adalah sahabatku sedang terbaring di rumah sakit?"

Rara tertunduk  dan air matanya perlahan mengalir di pipinya. "Aku salah, aku hanya ingin bisa bernyanyi dan terkenal seperti kamu, San. Aku tidak punya talenta apa-apa. Aku malu, San."

"Siapa yang bilang kamu tidak punya talenta apa-apa, Ra? Siapa? Ra, semua orang itu punya talenta. Tidak perlu malu dengan aku, toh ini pemberian Tuhan, bukan milikku. Ra, kamu itu pendengar yang setia. Setiap kata-kata atau nasihat yang kamu berikan itu sangat berarti. Belum tentu semua orang bisa seperti kamu. Tuhan tak memandang berapa banyak talenta yang kita miliki, tetapi yang penting adalah bagaimana kita bertanggung jawab untuk mengembangkan atau mengelola  talenta yang sudah Tuhan percayakan kepada kita dan semua itu untuk kemuliaan Tuhan".

"Kamu itu seperti mama ku dulu. Mama pernah cerita kalau mama juga gak tau apa talentanya, tetapi pada akhirnya mama sadar kalo ia bisa menjaga anak yang masih kecil. Aku gak bisa menjaga anak kecil, bahkan setiap anak kecil yang lihat mukaku pasti mereka langsung menangis, hehehe," canda Santi.

Rara tak tahan untuk tertawa, dan Ia langsung mengangkat wajahnya dan memeluk Santi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun