Mohon tunggu...
yonachaniago
yonachaniago Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa semseter 7 yang lagi sibuk- sibuknyaa bergelut dengan tugas hehe saya adalah anak ke dua dari tiga bersaudara saya mempunyai adek cewek 1 dan kakak cewek 1,saya adalah gadis yang periang dan suka menolong

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ubah Serasah Daun Jadi Emas: Inovasi Kompos Ramah Lingkungan di BPPM PT Arara Abadi

5 Desember 2024   15:00 Diperbarui: 5 Desember 2024   15:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah kerja yang dilakukan yaitu:

  • Pengambilan serasah dari lapangan daun kering, rumput, batang jagung dan lain-lain.
  • Bersihkan dari benda -- benda lain plastic, kayu, batu, besi dll.
  • Penggilingan dilakukan apabila serasah sudah banyak.
  • Hasil gilingan dimasukkan kedalam bak penampung.
  • Campur dengan pupuk kandang sampai rata.
  • Siram dengan air sambil diaduk rata.
  • Siram dengan campuran EM4 dan gula merah yang sudah dilarutkan.
  • Kemudian tutup dengan terpal selama 2 minggu.
  • Proses fermentasi lebih kurang selama 2 bulan.
  • Setelah 2 minggu, lakukan pembalikkan setap 3 hari selama 4 kali (opsional)
  • Angkat media kompos dan kering anginkan serta di baik tiap hari selama 1 minggu(opsional) .
  • Giling kembali kompos kemudian diayak (pengayakan opsional).
  • Kompos sudah jadi,masukkan kedalam karung dan simpan digudang atau bisa di aplikasiakan langsung.

Proses pembuatan kompos memerlukan bahan yang seimbang yang dapat menjamin bahwa kompos yang akan dihasilkan nantinya  akan optimal (Pakpahan, 2021). Salah satu bahan yang penting pada saat proses pembuatan kompos yaitu EM4 yang mengandung mikroorganisme pengurai, Sebagaimana yang dikatakan Kusmana, 2021 bahwa pada saat pendekomposisian serasah mikroorganisme menjadi bagian yang penting untuk membantu penguraian. Salah satu mikroorganisme yang menjadi pilihan utama yaitu Efektivitas Mikroorganisme (EM4) guna mempercepat proses penguraian pada saat pengomposan (Hidayanto et al ., 2024). Teknologi sederhana, seperti EM-4, digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi daun kering menjadi pupuk organik. Penelitian di El-Mujtama: Jurnal  Pengabdian Masyarakat (2024) menunjukkan bahwa proses ini memakan waktu sekitar 15-21 hari, menghasilkan pupuk yang berkualitas tinggi dengan karakteristik fisik yang baik, seperti warna coklat tua dan tekstur yang remah. Selain itu, kompos yang dihasilkan memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Teknologi ini terbukti ekonomis dan ramah lingkungan, menjadikannya solusi ideal untuk mengelola limbah organik secara produktif.

Produk pupuk organik berbahan dasar serasah daun kering memiliki prospek pasar yang baik. El-Mujtama (2024) menyebutkan bahwa pupuk ini dapat menjadi peluang usaha baru di bidang agribisnis lokal. Dengan biaya produksi yang rendah dan potensi nilai jual yang tinggi, produk ini tidak hanya mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat tetapi juga mempromosikan ekonomi hijau, di mana limbah organik diubah menjadi produk bernilai guna. Pendekatan ini mengintegrasikan aspek ekonomi dan ekologi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Manfaat dari pemberian EM4 yaitu memperbaiki struktur dan tekstur tanah, sebagai penyedia unsur hara dan juga dianggap bisa menghambat pertumbuhan hama dan penyakit serta juga dapat meningkatkan kualitas bahan organik yang akan dijadikan pupuk menjadi pupuk (Hidayanto et al ., 2024). Bagi BPPM manfaatkan ini sangat berguna sekali karena mengingat bahwa di BPPM juga membudidayakan banyak tanaman, mulai dari tanaman hortikultura, tahunan dan juga musiman yang pastinya memerlukan banyak pupuk, dikarenakan adanya inovasi pembuatan kompos serasah daun ini BPPM dapat mengurangi biaya untuk pembelian pupuk dan juga terhindar dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan sehingga dapat merusak struktur dan tekstur tanah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Inovasi pembuatan kompos serasah daun merupakan langkah dalam mengatasi masalah yang ada di BPPM, tidak hanya untuk menghindari dampak dari permasalahan tapi juga bisa sekaligus memberikan manfaat, karena pembuatannya tergolong mudah dan murah karena terbuat dari serasah daun yang jika tidak diolah akan menjadi sampah namun jika sudah diolah ternyata memiliki segudang  manfaat bagi peertanian, penghijauan, dan lingkungan secara keseluruhan. Proses pembuatan kompos ini menjadi suatu hal yang sangat bermanfaat, mengurangi penumpukan sampah serasah daun di BPPM sehingga terhindar dari dampak negatif sampah. Selain itu, Kompos yang dihasilkan juga dapat bermanfaat memperbaiki struktur dan kualitas tanah, meningkatkan kandungan hara, serta membantu menjaga kelembapan tanah sehingga dapat membantu menggantikan sebagian kebutuhan akan pupuk kimia yang mahal dan dapat merusak struktur tanah jika dipakai secara berlebihan dan terus menerus.

Sampah diolah menjadi produk yang memiliki nilai guna akan menciptakan siklus pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan. Proses pengolahan serasah daun menjadi kompos tidak memerlukan teknologi ataupun cara yang rumit, sehingga dapat dengan mudah diadopsi oleh masyarakat. Tidak sampai disitu saja, inovasi ini juga memiliki potensi untuk memberdayakan masyarakat, misalnya saja dengan membuka peluang usaha yang baru dan belum familiar dibidang pengolahan sampah organik dan pemasaran produk kompos.

Secara keseluruhan, inovasi pengolahan serasah daun menjadi kompos ini adalah sebuah langkah strategis yang dapat memberikan banyak manfaat serta berpotensi menjadi solusi berkelanjutan untuk berbagai permasalahan lingkungan sekaligus menciptakan dampak positif jangka panjang bagi ekosistem dan kesejahteraan manusia. Diharapkan kesadaran akan pengolahan sampah organik menjadi kompos ini tidak hanya diterapkan oleh BPPM saja namun bisa juga diterapkan ditempat lain agar dapat juga  merasakan banyak manfaat dan keuntungan, alangkah lebih baik lagi jika ada pembaharuan inovasi-inovasi lain dalam mengurangi sampah organik.

DAFTAR PUSTAKA

Banyuratiga, Wahyuni, E., Sulistyo, A., Kurnianti Sari, N., Santoso, D., & Adiwena, M. (2023). Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Kompos Bernilai Jual Menggunakan Metode Takakura di Area TPS 3R Kota Tarakan. Jurnal Inspirasi Mengabdi Untuk Negeri, (3), 49-58.

Ekowati, N. Y., Widijastuti, R., Yusuf, M., Adrianus, A., Resubun, M. L., Sembiring, J., ... & Rizal, A. (2024). Pengaruh Pupuk Organik Plus terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat di Kabupaten Merauke. Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian, 12(1), 14-21.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun