Hari ini saya terbangun terlalu pagi. Sekitar pukul 02.20 wita saya kaget terbangun karena deraan curah hujan yang menghujam atap rumah tanpa belas kasihan. Curahan yang membuat semua orang sangat ketakutan. Paling tidak menurut saya. Itulah yang saya rasakan. Sungguh mengerikan.
Tumpahan air hujan yang sangat kencang menempa atap sehingga menimbulkan bunyi yang mengagetkan. Dan menakutkan. Apalagi ditambah dengan tiupan angin kencang hingga seolah-olah seperti seseorang membanting sesuatu di atas rumah. Ia seakan mau mengangkat atap rumah seantero-anteronya. Bunyi deraan itu sungguh mengguncang stabilitas diri. Saya takut bukan kepalang.
Saya bangun dengan degup jantung yang tak tentu irama. Dalam tegun keterdiaman saya gumamkan pertanyaan ini. Pertanyaan yang tidak ada responnya. Kecuali rasa takut yang terus menggerogoti. "Apa ini curahan hujan yang terakhir atau sebaliknya sedang ganas-ganasnya?" Entah!
Memang sudah beberapa hari ini hujan tak henti-hentinya. Tapi tak sebesar yang saya alami semalam. Itu sebabnya saya lontarkan pertanyaan di paragraf sebelumnya: "Hujan akhirkah ini atau puncaknya? Belum jelas. Saya pun tidak bergairah berargumen dengan diri sendiri tentangnya.
Saya bangun bersimpuh, tenangkan diri dan menaikkan ucapan syukur atas situasi yang saya alami. Saya berdoa dalam kestabilan yang tidak ajeg. Sesudah mendapat kekuatan dan ketenangan, saya bergumam lagi. Kali ini dalam kepasrahan yang total. "Biarlah alam ini berekspresi sesuai dengan yang Tuhan kehendaki."
Selanjutnya saya tinggalkan tempat tidur dan beranjak ke meja baca yang biasa, selalu dan senantiasa. Saya berdoa dan membaca kitab suci yang saya imani. Saya habiskan waktu bersama Tuhan di sana.
Sesudah itu, karena masih gelap, saya membuka-buka buku yang ada beberapa di meja baca. Saya mencari-cari catatan yang pernah saya buat saat membaca. Entah membaca buku sekuler, buku rohani atau kitab suci. Satu per satu buku saya telusuri bagian dalamnya.
Saya sejak dulu sudah terbiasa dan senang menyelipkan catatan-catatan di kertas kecil dalam buku yang saya baca. Ia berfungsi sebagai pengingat akan apa yang sudah saya baca dan pahami. Selain itu, ia sekaligus juga sebagai pembatas halaman yang telah dibaca.
Dalam kegiatan membongkar bangkir bolak balik halaman buku itu saya menemukan sebuah kartupos yang pernah saya terima. Kartupos itu berasal dari seorang sahabat saya, Enrino A. B. Paullean, S.S., M.A. (Sekarang berdomisili di New Zealand). Mr. Ino, begitu kami biasa memanggilnya, adalah seorang guru Bahasa Inggris di sekolah yang pernah saya komandoi belasan tahun silam.
Di sampul kartupos itu ada gambar semi karikatur lima anak berlatar belakang biru muda polos. Mereka dengan ekspresi riang sedang memegang sebuah lembaran putih yang membentang. Dalam lembaran itu terpampang sebuah frasa dengan huruf warna warni: Biru, merah, hijau, orens dan coklat. "You made a DIFFERENCE!"
Di sisi lainnya terbagi dua bagian yang dipisahkan oleh sebuah garis. Di sebelah kiri kartupos itu, Mr. Ino menulis: "To Mr. Joy. We TOTALLY support you!"Â