Rasa sakitnya mengerogot ke seluruh lingkaran dengkulku. Mungkin juga karena dibiarkan saja. Tidak diurut perbaiki hingga tuntas. Aku tak bisa lagi memfungsikannya secara maksimal. Jangankan untuk menendang, melompat atau berlari pun sakit. Berjalan saja aku harus bersusah payah. Pelan-pelan.
Menjalani profesi sebagai guru olahraga pasti berhubungan dengan gerak fisik. Karenanya aku selalu terlibat dalam urusan mengaktifkan gerak badan siswa. Seperti yang sudah kuceritakan pada lembaran-lembaran sebelumnya.
Itu kulakukan demi membangkitkan motivasi siswa. Dan juga demi menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap subyek yang aku ajarkan ini. Kecintaan kepada mata pelajaran olahraga. Mata pelajaran yang memberi penghidupan kepadaku.
Karena itu tak jarang aku bergabung dan bermain bersama mereka. Aku dan anak didikku selalu bermain bersama. Apakah sepakbola, basket atau lainnya. Apakah di saat jam pelajaran olahraga atau saat jam-jam bebas. Bermain bersama mereka sangat menyenangkan.
Itu juga yang kami lakukan pada perayaan hari kemerdekaan RI ke lima puluh tiga. Kami bermain bola dalam rangka memperingati HUT RI di tahun sembilan delapan. Aku bermain sepakbola dengan 'teman-temanku.' Dalam pertandingan itu lutut kiriku cedera pula. Maka lengkaplah penderitaanku.
Cedera itu terjadi ketika aku mengajar di SHB -- Sekolah Harapan Bangsa Tangerang, Banten. Kedua lututku cedera yang membuatku harus tertatih kala melangkah. Namun demi kehidupan segenap keluargaku aku tetap menjalani profesi itu.
Aku berharap suatu saat aku mendapatkan dan menjalani sebuah pekerjaan lain. Pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan penggunaan kaki sebagai faktor utama. Faktor penentu dalam menghasilkan uang.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H