Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Jadi Guru

25 Juli 2020   08:23 Diperbarui: 25 Juli 2020   08:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setelah lulus sekolah menengah pertama aku mendaftar di sekolah guru olahraga negeri (SGON) Kupang. SGO setingkat SMA atau SMU. SGO adalah tempat mencetak guru-guru yang siap mengajar olahraga di jenjang sekolah dasar.

Ia merupakan evolusi dari SGPD (sekolah guru pendidikan djasmani) lalu berubah nama menjadi SMOA (sekolah menengah olahraga atas). Kemudian  menjelma menjadi SGO. Akhirnya tidak ada lagi seterusnya. Dihapus sama sekali. Ia menghilang selamanya dari blantika dunia pendidikan Indonesia.

Tidak ada yang menyarankanku untuk belajar di SGO. Apalagi memaksa. Itu sekolah satu-satunya pilihanku. Aku memilih sekolah itu bukan karena cita-cita sejak kecil.  Mungkin anak yang tidak punya cita-cita adalah aku. Dan tak berani bercita-cita.

Kalau anak-anak ditanya ingin jadi apa kalau sudah besar selalu ada jawaban. Mereka akan menjawab: Dokter, insinyur, pilot, dan lain-lain. Aku tidak punya itu. Sekolah, ya, sekolah saja tanpa berpikir mau menjadi apa kelak. Di benakku waktu itu sekolah adalah kewajiban setiap anak. Titik.

Sekalipun tak punya cita-cita aku tetap belajar dan rajin sekolah. Sekolah selanjutnya yang kupilih adalah SGO lantaran nilai pelajaran Olahragaku lumayan tinggi. Dan memang aku suka sekali berolahraga.

Hingga kini aku tetap menyukainya. Aku menyukai olahraga karena profesi dan sebagai sarana juga wahana berekspresi. Kata orang-orang pintar di layar-layar kaca: I feel free, when I am doing sport. Begitulah perasaanku ketika lagi berolahraga.

Aku memilih masuk SGO karena selain alasan suka pada olahraga juga gampang mendapat pekerjaan. Setelah lulus bisa langsung mengajar walaupun hanya di jenjang sekolah dasar. Dan tentunya cepat dapat penghasilan.

Kata orang Inggris: That was my simple frame of thinking at that time. Tidak ada yang membimbing dan mengarahkan. Aku berpikir sendiri. Mengambil keputusan sendiri. Dan melakukannya sendiri pula. Orangtuaku hanya mendukung dalam hal dana bila memungkinkan.

Ada hal istimewa yang aku dapat ketika belajar di SGO. Waktu itu aku berusia enambelas tahun. Itu pertama kalinya ada rasa suka pada lawan jenis. Aku sungguh-sungguh ingin mengenal lebih dalam tentang cewek.

Aku berusaha keras untuk belajar berkomunikasi dengan anak cewek. Dan kalau bisa memenangkannya. Maksudnya mendapatkan perhatiannya. Itu saja. Karenanya aku belajar dengan melihat mengamati teman-teman saat mereka beraksi.

Adalah alamiah bila seorang remaja mempunyai perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Aku mengalami itu ketika duduk di kelas dua SGO. Kelas sebelas sekarang. Perasaan itu datang begitu saja. Aku tak membendungnya. Tapi tak juga membiarkannya meluap sesukanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun