Dia Bapaku sama keras kepalanya dengan ku, Bapaku melarangku untuk melanjutkan kuliah di Ibukota.
Dia bilang " kenapa disini? Ayah masih bisa membiayai kamu, kenapa kamu harus pergi ke Jakarta lagi? Pokonya kamu disini kuliah yang bener dan Bapak akan bekerja keras untuk membiayai kamu"
Setelah perkataan itu Aku tak keluar kamar selama tiga hari, tak ada percakapan, dan semua saling diam.
Kuberpikir dan terus memutar otak bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja. Pantaslah Bapaku tak memberiku izin karena sebelum kuliah dikampung, aku bekerja di Jakarta sebagai baby sitter selama kurang lebih 4 tahun. Aku sudah mulai bekerja dari usia 16 Tahun, sebagai baby sitter aku memiliki kontrak kerja selama satu tahun jadi aku hanya pulang kampung saat kontrak selesei atau satu tahun sekali. Bahkan hari raya pun aku Tidak pulang kampung dengan alasan kontrak belum selesei. Aku tidak bersekolah selayaknya anak SMA yang lain, aku ikut program Paket C yang disediakan Yayasan. Karena aku memiliki keyakinan bahwa aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi selama 4 tahun aku terus menyisihkan gajiku setiap bulannya untuk melanjutkan pendidikan.
Empat tahun bukanlah waktu yang sebentar, banyak pengalaman yang aku dapatkan dan menjadi baby sitter bukanlah hal yang mudah. Saat usiaku 16 tahun yang seharusnya menikmati masa putih abu abu, tapi aku harus berjuang mengurus anak asuhku, tidak ada tidur siang, tidak ada main bersama teman, tidak ada belajar kelompok, tidak ada bimbingan belajar. Hari hari ku berlalu dengan anak balita yang menggemaskan. Setiap kontrak selesei aku tidak melanjutkan kontrak aku memilih untuk mendapatkan majikan baru, meski majikan ku sangat baik dan memintaku untuk tetap bersamanya tapi aku lebih memilih majikan baru. Kenapa? Yang ada dipikiranku saat itu aku ingin memberi  peluang untuk orang lain untuk menggantikan posisiku. Majikan pertama dan keduaku baik, meski memang masalah selalu ada tapi mereka selalu perhatian bahkan saat di hari ulang tahunku majikanku memberikan hadiah dan itu membuatku merasa bahagia dan merasa di hargai.
Majikan ke 3 dan ke 4 disinilah aku belajar bahwa sebanyak apapun harta kekayaanmu kalau kamu tidak berbagi maka rugilah kamu. Majikanku yang ketiga sangatlah berbeda dengan yang pertama atau kedua. Dia melihat aku memiliki kegigihan untuk melanjutkan pendidikan, dia selalu perhatian dan menceritakan kisah hidupnya dengan sangat antusias. Karena majikanku sering melihatku berlajar saat malam telah larut, dan pagi jam 4 aku sudah terbangun dan aku sudah dengan buku pelajaran ku lagi. Disitulah dia Ibu majikanku selalu memberikan support untukku bahwa semua orang memiliki hak untuk sukses selama dia bersungguh sungguh. Majikan ku yang ini benar benar berbeda dan aku sangat bersyukur karena Allah swt. selalu mempertemukan aku dengan orang -- orang yang baik dan berbudi pekerti. Dia tidak pernah menggangap remeh orang lain. Ketika tahun sebelumnya saya bekerja jika ambil cuti gaji ku di potong, lain halnya saat bekerja disini. Saat saya ambil cuti malah gaji saya ditambah dan setiap saya pergi cuti untuk mengikuti tutor pelajaran uang jajan, ongkos, dan biaya sekolah ku di tanggung olehnya. Namun sayangnya saat kontrak kerja berakhir aku harus melanjutkan tujuanku, aku tidak mau memperpanjang kontrak kerja bukan karena tidak nyaman atau tidak sayang sama anaknya tapi aku punya tujuan hidup sendiri. Majikanku memintaku untuk tetap tinggal bersama mereka bahkan ia sampai bilang :
 "Kamu gak usah pergi, perpanjanglah kontrak dengan Ibu kalau memang kamu mau kuliah nanti terserah kamu kamu mau pilih kuliah dimana biar Ibu yang biayaain" Â
Tapi aku tetap dengan pendirianku, karena aku ingin aku hidup dengan caraku dan kerja kerasku. Aku tak ingin suatu saat aku tak bisa membalas budi baiknya, dan aku tak ingin hidup di bawah telunjuk orang lain.
Waktu berlalu dan aku dapat majikan ke empat. Majikan yang ke empat ini benar-benar memilik karakter yang sangat keras dan orangnya begitu detail. Karena memang dia orang keuangan diperusahaannya. Ditahun yang ke empat ini aku memiliki pengalaman yang sangat membuatku terpuruk, ibu pembimbingku di yayasan memberitahuku bahwa aku TIDAK LULUS ujian. Aku benar -- benar sedih dan gak tau harus gimana. Tapi aku juga dapat kabar dari teman ku bahwa mereka berdua juga sama TIDAK LULUS dan akhirnya aku hanya bisa tertawa antara sedih dan bahagia karena ada teman seperjuangan dengan nasib yang sama.
Hal yang paling aku tidak sukai dengan pekerjaan ini adalah ketika malam mulai tiba, sepi, sendiri, jauh dari keluarga, komunikasipun terbatas. Pagi aku sudah sibuk dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, malam aku harus belajar dan melakukan tugas sebagai pelajar. Hari cuti aku belajar di Yayasan dengan teman, dan dihari  cuti itulah kami saling berbagi cerita pengalaman selama bekerja. Dan itu sudah membuat aku sangat bahagia. Setahun berlalu perjuangan ku tidak sia sia dan dapat kabar dari yayasan kalau aku LULUS ujian. Alhamdulillah syukur pada Allah, swt. Sedih juga sih udah  sekolahnya PAKET C terus gak lulus kayaknya bener -- bener jadi manusia terbodoh saat itu.
Setelah lulus paket C di jakarta dengan segala perjuangannya aku mendaftar kuliah di Universitas Galuh Ciamis kota kelahiranku, iya aku meninggalkan Ibu Kota. Dan orangtua ku sangat bahagia senyumnya lebar melihat anaknya kembali dan bisa merealisasikan cita -- cita untuk melanjutkan kuliah. Satu hal yang masih aku ingat kala aku masih duduk di bangku SMP, seorang tetangga memberikan aku label "Anak tukang NDERES (nyadap pohon kelapa untuk dijadikan gula merah) gak mungkin bisa lanjutin kuliah, karena kuliah itu biayaanya sangat mahal. Ternyata Ibuku pun masih ingat dengan ucapan itu. Dan nampak sekali raut wajahnya bahwa dia akhirnya bisa berbangga dan bahagia melihat anaknya mampu melalui perjuangannya seorang diri di Ibu Kota.