Saat itu aku hanyalah seorang gadis kecil yang belum begitu mengerti banyak hal. Disaat aku baru merasakan indahnya masuk SMA, Banyak hal yang berkesan dan mungkin akan sulit untuk saya lupakan di tahun 2012. Pada bulan oktober saya jatuh sakit dan saya berusaha untuk check up disalah satu Rumah sakit. Awalnya saya hanya didiagnosa sakit radang tenggorokan dan demam saja. Sehingga saya hanya diberi obat dan diperbolehkan pulang, tetapi sampai obat yang saya terima dari Dokter tersebut habis, saya masih merasakan sakit yang tak berkesudahan.Â
Karena pemeriksaan pertama tidak menghasilkan sesuatu yang baik saya melakukan pemeriksaan ulang pada dokter yang sama tetapi diagnosa tetep saja pada diagnosa yang pertama. Begitupula seterusnya sampai empat kali pemeriksaan dalam jangka waktu dua setengah bulan. Mungkin untuk pertamakalinya dalam pemeriksaan itu saya merasa lelah karna tak pernah ada hasil yang baik pada tubuh ini. Dan akhirnya saya memutuskan untuk tidak melakukan pemeriksaan lagi.
Tepat tanggal 13 februari 2012 saya sudah benar-benar tidak bisa menjalankan aktifitas seperti biasa sehingga saya harus opnam di salah satu Rumah sakit dibantul, banyak teman dan guru yang merasa sepi tanpa kehadiran saya (katanya). Di sekolah saya yang dikenal sebagai anak yang periang dan tidak pernah sakit. Maka dari itu ketika saya sakit banyak yang telah memperhatikan saya. Ketika saya mau di opnam saya harus melakukan cek laboratorium karena, jika dilihat saat itu saya terlihat sangat-sangat pucat. Dan akhirnya setelah hasil laboratoriumnya keluar, ternyata HB saya hanya tinggal 4 saja.Â
Pada saat itu rumah sakit yang merawat saya tidak berani melakukan transfusi karna peralatan yang tidak memadai kemudian saya dirujuk ke Rsup. Dr.Sardjito yogyakarta. Sesampainya disana saya masih harus menunggu kamar karna banyaknya pasien DBD. Lima jam telah berlalu akhirnya saya dipindahkan ke bangsal biasa. Di bangsal itu saya harus tranfusi 5 kantung darah merah, tetapi karna golongan darah saya AB menjadikan saya kesulitan untk mendapatkannya. Tranfusi pun akhirnya berjalan dengan lancar. Saat itu ada dokter yang datang kepada saya untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena keadaan saya saat itu bisa dibilang aneh. Dokterpun memutuskan untuk mengambil sampel sum-sum tulang belakang atau dalam ilmu kedokteran biasa disebut biopsi. Sejak saat itu saya merasa ada banyak kejanggalan.
Minggu ke-2 saya dirawat, saya harus dipindahkan kesalah satu bangsal yang tidak jauh dari bangsal yang sebelumnya. saya kaget melihat ruang khusus anak tersebut karena yang pertamakali saya lihat saat masuk keruangan tersebut adalah anak-anak yang tidak memiliki rambut (botak) baik itu cewek maupun cowok mereka tampak sama saja.Â
Sejak itulah saya merasa takut jika rambut saya juga akan habis seperti itu. Bangsal itu khusus untuk pasien kanker anak, padahal tidak ada satu orangpun yang memberitahu jika saya mengidap kanker. Sayapun menjadi tau kenapa setiap mama bertemu dengan dokter beliau selalu lesu, ternyata inilah jawaban dari semua yang saya lihat. Walau saya sudah tau penyakit yang bersarang ditubuh saya adalah LEUKIMIA saya hanya berpura-pura tidak tau dan tetap menghibur mama. Setelah mama melakukan tanda tangan di protokol kemoterapi, saya pun menjalani kemoterapi untuk pertama kalinya.
 Banyak orang menyangka kemoterapi itu disinar dan lain sebagainya tetapi yang saya alami kemoterapi itu adalah proses dimasukannya cairan khusus melalui selang infus selain itu ada juga obat yang dimasukkan dengan cara disuntik atau dengan obat yang diminum. Ruang leukimia anak merupakan ruang keluarga untuk pasien maupun orangtua yang menunggu karena kami hanya ada di ruang kelas tiga keakraban kamipun muncul.Â
Setelah selesai melakukan kemoterapi pasti ada saja keluhan yang dirasakan anak-anak lain seperti sariawan diseluruh bibir, badan pegel-pegel, kepanasan,rambut rontok bahkan sampai diare. Itu semua disebabkan oleh efek obat yang terlalu keras. Kami menghibur diri dengan bermain bersama agar lupa dengan apa yang kami rasakan selain itu dokter dan suster diruangan anak tersebut sangat ramah dan cekatan.
Semua yang dilakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas akan membuahkan hasil yang baik. Sepeti saat ini saya masih diberikan kesehatan hingga dapat masuk ke perguruan tinggi yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar Sanata Dharma Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H