Siapa bilang anak makin besar jadi makin mudah mengurusnya? Dulu saya sempat punya pemikiran seperti ini sebenarnya. Ternyata justru kebalikannya, semakin dewasa anak malah makin banyak maunya. Ditambah sekarang zaman serba instan dan cepat. Sebagai orangtua, kita harus pandai menyikapi manfaat internet baik positif maupun negatif yang dapat memengaruhi perkembangan anak.
Kebetulan saya di rumah menggunakan Indihome yang merupakan produk Telkom Indonesia. Fasilitas internet yang mumpuni ini dimanfaatkan full oleh anak-anak. Apalagi anak saya gamers, jadilah hampir sehari penuh main game online juga chatting dengan teman dari luar negeri.
Lama kelamaan saya jadi khawatir karena anak sering komunikasi hingga waktu malam dengan teman luar negerinya. Bahkan di game online yang dimainkannya juga ada fitur chat-nya. Hal ini membuat rasa khawatir saya menjadi-jadi. Karena banyak kasus penipuan uang dan anak hilang gara-gara chat atau kenalan di internet. Masalahnya, anak jadi tertutup karena tidak mau diganggu main game. Dari sini saya menyadari ada beberapa hal negatif akibat sering main game, seperti :
1. Anak jadi tertutup karena asyik sendiri
2. Jarang bersosialisasi, anak lebih senang chat dengan sesama gamers
3. Anak jadi pemarah karena otaknya lelah akibat main game dalam jangka waktu lama
4. Anak jadi jauh dengan anggota keluarga lainnya
Menghadapi anak ABG memang harus hati-hati. Ketika dinasehati dia malah membantah dan menolak semua saran. Anak merasa sudah dewasa dan bukan masanya lagi dinasehati. Bahkan dia ikut meninggikan suara ketika nada suara saya keras sedikit. Upaya saya untuk mengingatkan ternyata salah caranya. Alih-alih dianggap sahabat, saya malah dicap penjahat oleh anak.
Jadi bagaimana caranya agar anak mau membuka diri dan menerima saran?
1. Ajak mengobrol santai saat anak sedang senggang
2. Ajukan saran tanpa berkesan paling tahu dan memaksakan kehendak