Mohon tunggu...
Yolanda Pratiwi
Yolanda Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi B 2020, FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Reformasi Pendidikan: Mengubah Pendidikan Gaya Bank Menjadi Pendidikan Pembebasan

22 Desember 2022   21:32 Diperbarui: 22 Desember 2022   22:14 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah usaha sadar  dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar murid aktif mengembangkan potensi yang ada di dirinya sebagai bentuk  pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan , akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dalam mencapai pendidikan yang dapat mencerdaskan bangsa, pendidikan seharusnya memberikan pembabasan kepada murid dalam belajar. Sehingga murid bisa aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memunculkan dialog antar guru dan murid. Kolaborasi tersebut merupakan pendidikan yang demokratis yang tidak mengekang pemikiran murid untuk selalu menuruti perintah guru tanpa tau apa relavansinya bagi kehidupan murid.

Pendidikan kritis merupakan pendidikan yang berpedoman pada arah pembebasan. Pendidikan kritis ini muncul untuk memanusiakan kembali manusia yang telah mengalami dehumanisasi karena adanya struktur dan sistem yang tidak adil. 

Pendidikan kritis ini di perkenalkan oleh Paulo Freire yang merupakan salah satu tokoh pendidikan yang berperan penting dalam memunculkan pendidikan kritis di dunia. Freire berpendapat pendidikan kritis ini merupakan proses bagi seseorang anak untuk menemukan hal yang paling penting dalam kehidupannya, yakni terbebas dari segala hal yang mengekang dalam segi kemanusiaan nya menuju kehidupan yang penuh kebebasan. 

Awal mula pendidikan kritis ini muncul karena adanya pendidikan gaya bank yang menempatkan murid sebagai subjek yang menerima langsung ilmu dari guru tanpa diperbolehkan untuk berpikir kritis dalam mempertanyakan urgensitas dan relavansitas yang diajarkan oleh guru. Murid di dalam pendidikan gaya bank menempatkan sebagai objek pasif yang dimana mereka dianggap tidak tahu apa-apa.

Dalam sistem pendidikan Indonesia sebelum adanya kurikulum merdeka menggunakan pendidikan gaya bank dimana murid hanya terkesan sebagai objek investasi dan berfungsi menghasilkan keuntungan seperti hal nya investasi. Pendidikan gaya bank ini guru sebagai pusat sentral dalam pembelajaran. Guru bicara, murid mendengar; guru menentukan peraturan, murid diatur; guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa, beberapa poin tersebut penggambaran pendidikan gaya bank karena itulah pendidikan pembebasan ini hadir untuk menghapus pendidikan gaya bank yang sebenarnya hanya membuat murid merasa terkekang dan tidak bisa berpikir luas.

Dengan dilakukan pendidikan pembebasan maka akan membentuk murid yang berpikir kritis Freire berpendapat pentingnya dialog dalam proses belajar mengajar karena dalam dialog tersebut antar murid dan guru bisa saling menghargai, saling belajar, saling menghindarkan dari tekanan dari penguasa atau salah satu yang lebih dominan dalam proses belajar mengajar. Dialog kritis ini perlu diadakan sehingga antara guru dan murid dihargai sebagai manusia. Dialog tersebut harus dikembangkan oleh kedua pihak baik daris segi guru dan murid, karena itu bukan hanya sebagai identitas saja tetapi, itu menjadi hak dikedua pihak tersebut yang tidak boleh dirampas demi salah satu.

Oleh karena itu mengajar bukan hanya memindahkan pengetahuan dengan hafalan saja. tetapi lebih dari itu guru juga harus mampu memberikan kesempatan untuk murid menyampaikan pendapatnya sehingga terjadi dialog antar murid dan guru karena belajar akan menjadi valid bila murid melakukan belajar untuk belajar (learn to learn). Freire menempatkan guru sebagai mitra murid dalam segi kemanusiaan dan demokrasi bahwa setiap murid itu pada dasarnya dapat berlaku aktif, mampu berkreasi, mampu mengeksplor, mampu berbuat, mampu bertangggung jawab, serta mampu menjadi dirinya sendiri. Hal itu terlihat pada metode pendidikan yang dipakai. Freire dalam menjelaskan pendidikan pembebasan menggunakan metode hadap masalah yang mana pendidikan hadap masalah memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan dialog secara terbuka dan bebas , setiap pendapat murid dihargai dan diapresiasi, intinya saling bisa memberikan saran dan pendapat antara guru dan murid.

Pendidikan pembebasan juga menekankan kepada kurikulum yang memiliki demokratis. Freire berpendapat kurikulum yang dibuat, pemilihan tema-tema yang dibuat itu dirancang bersama antara guru dan murid sehingga murid dan guru bisa saling berdiskusi dan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Saat guru menjelaskan suatu hal dapat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti agar  membuat murid aktif dalam proses belajar mengajar dan murid juga tidak kebingungan dengan apa yang dijelaskan oleh guru.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun