Mohon tunggu...
yolandakhairunnisa
yolandakhairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya yolanda khairunnisa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

rumah adat selaso jatuh kembar

28 Desember 2024   16:06 Diperbarui: 28 Desember 2024   16:10 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Provinsi Riau, ada sebuah rumah adat yang bernama Selaso Jatuh Kembar, rumah adat ini memiliki corak dan ciri khas budaya melayu. Di namakan Selaso Jatuh Kembar karena memiliki selasar (selaso) yang lebih rendah dibandingkan ruang tengah. Rumah ini memiliki makna yang berkaitan dengan nilai-nilai, kebiasaan, dan kebutuhan masyarakat melayu Riau. Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar di hiasi dengan banyak ukiran yang mengandung filosofi hidup sehingga tampak bagus.
Pada bagian tangganya terdapat ukiran lebah bergantung atau ombak-ombak, ombak-ombak tersebut memiliki makna agar semua orang bisa hidup seperti lebah yang bermanfaat bagi orang lain. Pada bagian atas pintu dan jendela, terdapat ukiran awan larat yang artinya kemudahan rezeki yang bisa datang dari mana saja. Pada bagian dinding terdapat ukiran itik sekawan (itik yang berbaris berjalan ber-iringan) yang memiliki makna agar manusia bisa hidup selaras, berdampingan, damai, kompak, dan bersama-sama. Bahkan di kisi-kisi jendela dan pintu ada ukiran semut beriringan, di mana terinspirasi dari cara berjalan semut. Ukiran itu memiliki makna agar manusia bisa mengikuti sifat semut yang rukun, tolong menolong, dan rajin. Ada juga ukiran yang dinamakan pucuk rebung kalok paku di bagian yang memanjang dan melengkung. Ukiran tersebut sebagai simbol agar warga selalu bergotong-royong dan saling membantu. Ada juga ukiran yang disebut pucuk rebung bertunas pada bagian ujung atas dan bawah tiang. Ukiran itu memiliki makna bahwa setiap masalah akan memiliki penyelesaian. Pada cucuran atap ada bagian khusus yang menyerupai sayap dan punya ukiran yang disebut sayap layangan atau sayap layang-layang. Pada bagian langit-langit dan ventilasi rumah ada ukiran menyerupai bunga manggis, di bagian puncak yang dinamakan selembayung atau sulobuyung.

Bahan pembuatan Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar ini bisa diperoleh dari dari alam. di mana atapnya terbuat dari daun rumbia dan daun pinah, yang disusun dan diikat menggunakan rotan pada tulang atap. Serta bagian lainnya seperti dinding, tiang, atau lantai terbuat dari kayu-kayu kualitas terbaik semacam kayu meranti, kayu punak, atau kayu medang. Rumah Selaso Jatuh Kembar memiliki beberapa bagian atau sekat yang menjadikannya memiliki beberapa ruang. Meski tidak digunakan sebagai tempat tinggal, sekat ini dibentuk karena memiliki fungsi tertentu. Ruang-ruang tersebut khusus sebagai tempat berkumpul untuk membedakan mana yang tetua, warga laki-laki dan perempuan. di samping sebagai ruang untuk pertemuan, sebagian ruang yang lain difungsikan sebagai tempat menyimpan benda-benda adat. Benda-benda yang disimpan di rumah Adat Selaso Jatuh Kembar ini antara lain perlengkapan tari dan alat-alat musik. Masih ada lagi ruang untuk anjungan, tempat tidur khusus untuk prosesi tertentu, dan ada juga dapur yang dimanfaatkan untuk memasak ketika ada acara di Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar.

Sejarah Rumah Selaso Jatuh Kembar
Rumah ini mencerminkan tradisi dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Melayu yang sangat menghormati budaya dan adat istiadat. Dalam sejarahnya, Rumah Selaso Jatuh Kembar bukan hanya digunakan untuk tempat tinggal, tetapi juga sebagai balai pertemuan, tempat musyawarah, dan pusat kegiatan sosial masyarakat. Keberadaan rumah ini menunjukkan kebersamaan dan gotong-royong yang kuat di antara masyarakat Melayu.

Ciri-Ciri Rumah Selaso Jatuh Kembar
1. Dua selasar rendah, Bagian kiri dan kanan rumah memiliki selasar (selaso) yang posisinya lebih rendah dari ruang utama. Ini menjadi ciri utama rumah ini.
2. Struktur ranggung, Rumah ini dibangun di atas tiang dengan struktur panggung untuk menghindari banjir, gangguan hewan, dan kelembapan.
3. Material alami, Biasanya menggunakan kayu berkualitas tinggi seperti kayu meranti atau kayu ulin untuk rangka, dengan atap dari daun rumbia atau ijuk.
4. Bentuk atap lancip, Atapnya memiliki bentuk lancip dengan kemiringan yang cukup tajam, memungkinkan air hujan mengalir dengan mudah.
5. Hiasan ukiran, Bagian rumah dihiasi dengan ukiran khas Melayu yang bermotif flora dan fauna, mencerminkan keindahan seni dan filosofi kehidupan masyarakat setempat.

Fungsi Rumah Selaso Jatuh Kembar
1. Tempat kegiatan adat, Rumah ini sering digunakan untuk acara adat, seperti kenduri, musyawarah, dan upacara keagamaan.
2. Balai pertemuan, Selain hunian, rumah ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat untuk membahas berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan bersama.
3. Simbol budaya, Rumah ini merupakan simbol dari kekayaan budaya Melayu dan menunjukkan identitas komunitas setempat.
4. Perlindungan iklim, Desainnya dirancang agar tahan terhadap iklim tropis, dengan ventilasi yang baik dan struktur panggung yang menghindarkan rumah dari banjir.

Keunikan Rumah Selaso Jatuh Kembar
1. Filosofi arsitektur, Selasar yang lebih rendah dari ruang utama melambangkan penghormatan, di mana tamu dianggap sebagai orang penting yang harus dilayani dengan baik.
2. Fungsional dan estetis, Desainnya menggabungkan fungsi praktis dengan keindahan seni tradisional melalui ukiran dan tata ruang yang harmonis.
3. Kebersamaan dan keakraban, Rumah ini mencerminkan nilai kebersamaan masyarakat Melayu yang sering berkumpul dan bermusyawarah dalam satu atap.
4. Tahan terhadap alam, Struktur panggungnya membuat rumah ini tahan terhadap banjir, yang umum terjadi di wilayah Melayu.

Kajian Etnomatematika pada Struktur Bangunan Rumah Adat Riau Selaso Jatuh Kembar
Rumah adat adalah salah satu peninggalan dan bukti kekayaan yang dimiliki oleh suatu daerah serta menjadi salah satu ciri khas daerah tersebut, yang telah menjadi warisan budaya (Andrini, 2021). Rumah adat Selaso Jatuh Kembar ialah rumah adat Riau yang dijadikan anjungan di Taman Mini Indonesia Indah. Pada tahun 1971 Gubernur Riau Arifin Ahmad membentuk tim Sembilan yang terdiri dari kumpulan para budayawan dan pemikir melayu. Tim Sembilan memiliki tugas membuat dan mendesain rumah adat Riau untuk dijadikan anjungan di Taman Mini Indonesia Indah. Untuk itu, tim ini melakukan riset secara mendalam terhadap budaya Riau kala itu hingga akhirnya lahirlah rumah adat Riau dengan nama Selaso Jatuh Kembar (Pur, 2021). Asal mula nama Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar karena bangunan ini memiliki selaso atau selasar yang jatuh atau lebih rendah dibandingkan dengan rumah induknya dan dikatakan kembar karena rumah adat ini memiliki dua selasar yang bentuknya sama (Redaksi PI., 2020). Rumah adat ini biasa digunakan sebagai tempat pertemuan atau balai pertemuan sehingga rumah ini tidak dipergunakan sebagai tempat tinggal pribadi (Faisal, 2017). Ada tiga bagian utama pada bangunan ini, yakni selasar, rumah induk, dan dapur. Selasar ialah bagian paling depan dari rumah yang mana lantainya lebih rendah dari rumah induk dan dindingnya setengah terbuka; dan dibedakan menjadi 3 yakni selasar luar, dalam, dan jatuh. Rumah induk sendiri terbagi menjadi ruang depan, ruang depan dan ruang dalam. Untuk dapur terdiri dari kilik anak (ruang telo) dan dapur (Zaini, 2017).

Analisis Bishop pada Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Untuk mengetahui adanya unsur matematika yang dikembangkan dari rumah adat tradisional Selaso Jatuh Kembar maka dilakukan analisis Bishop yang terdiri dari enam aktivitas fundamental matematika. Enam aktivitas matematika yang telah disusun Bishop ini bertujuan untuk mengembangkan ide-ide matematika yang terdapat di dalam budaya baik yang saling berkaitan satu dengan lainnya ataupun yang terpisah (Rudhito, 2020).
1. Membilang
Membilang atau counting dalam budaya awalnya berkembang karena kebutuhan masyarakat untuk menyusun sebuah catatan dari harta dan benda yang dimiliki (Rudhito, 2020). Dalam aspek membilang, ditemukan beberapa jumlah tertentu yang diperlukan dalam pembangunan rumah adat, seperti bagian rumah induk pada Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar memiliki jumlah tiang paling banyak 24, sedangkan untuk jumlah tiang pada bagian bangunan rumah lainnya tidak memiliki ketentuan. Kemudian, jumlah tiang pada tiap baris ialah 4 (Wahyuningsih, 1986).
2. Menempatkan
Menempatkan atau locating merupakan aktivitas matematis yang berhubungan dengan gagasan geometris, di mana dalam budaya awalnya bermanfaat untuk membantu masyarakat dalam menentukan tempat untuk berburu yang cocok, arah saat perjalanan dengan kompas, dan lokasi berdasarkan benda langit (Rudhito, 2020). Dalam aktivitas penempatan, penduduk percaya mengenai arah rumah memiliki arti; di mana rumah yang menghadap ke arah utara itu baik sebab dapat mendatangkan rezeki, penghuninya selalu dalam ketenteraman dan jarang terjangkit penyakit, serta tidak merasa kepanasan ketika pagi dan terpanggang ketika petang atau dalam artian lainnya, penghuni rumah tidak akan mendapat cobaan yang berat dalam hidupnya (Wahyuningsih, 1986).
3. Mengukur
Mengukur atau measuring dalam budaya awalnya bertujuan untuk membandingkan objek-objek yang ada di sekitar seperti menentukan berat, volum, kecepatan dan lainnya oleh masyarakat. Aktivitas pengukuran ada dalam penentuan ukuran rumah adat itu sendiri (Rudhito, 2020). Dalam pembangunan rumah terdapat salah satu syarat yang dapat membuat rumah serasi dengan pemiliknya dengan cara menentukan ukuran rumah. Pemilik rumah harus membuat ukuran pada seutas tali dengan hastanya yang disebut dengan ukuran hasta. Pada setiap hasta pertama sampai kelima perlu diucapkan suatu kalimat dan untuk hasta selanjutnya akan dilakukan perulangan dari hasta yang pertama. Sehingga, terdapat lima kalimat yang mana dari kelimanya hanya satu yang memiliki makna baik yakni riak meniti kumbang berteduh yang disebutkan pada hasta ketiga. Oleh sebab itu, pemilik rumah akan menentukan besarnya bangunan dengan mengulangi hastanya hingga pada kata baik “riak meniti kumbang berteduh” (Wahyuningsih, 1986). Misalkan ketika pemilik rumah ingin mengulangi menghasta sampai 4 kali, kemudian meneruskannya sampai pada kata riak meniti kumbang berteduh pada giliran kelima dengan demikian rumah tersebut berukuran (4×5)hasta +3hasta =23hasta dan ukuran tersebut hanya untuk salah satu sisi dari rumah tersebut sehingga perlu dicari lagi ukuran untuk sisi lainnya agar berbentuk persegi panjang (Wahyuningsih, 1986).
4. Merancang
Merancang atau designing umumnya mengarah pada konseptualisasi benda-benda yang menuju ide dasar dari bentuk-bentuk. Dalam budaya, awalnya perancangan bertujuan untuk melihat keberagaman bentuk-bentuk yang ada seperti Gedung atau perkembangan pola-pola yang ada (Rudhito, 2020). Rumah adat Selaso Jatuh kembar memiliki banyak ukiran yang diletakkan di atas pintu sebagai lobang angin misalnya seperti ukiran semut beriring dan itik sekawan. Selain itu, terdapat ukiran lebah bergantung yang biasanya ditempatkan di les plank ataupundi bagian pinggir bawah bidang yang memanjang sebagai hiasan. Kemudian, ukiran pucuk rebung yang ditempatkan di bagian bawah tiang yang tampak di dalam ruangan rumah. Serta, terdapat ukiran awan larat yang dapat ditempatkan pada bidang yang memanjang, bersegi, ataupun bulat (Wahyuningsih, 1986). Selain itu, Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar juga memiliki beberapa ornamen seperti selembayung dan selok layang yang terletak pada atap rumah, lambai-lambai yang terletak di atas pintu sebagai bentuk keramah-tamahan dan penghormatan pemilik rumah pada tamunya, serta klik-klik yang merupakan pagar pengaman pada pintu dan jendela berupa kisi-kisi bubut atau papan tebuk (Wahyuningsih, 1986).
5. Bermain
Bermain atau playing dalam aktivitas ini mengarah kepada prosedur-prosedur sosial sera aturan dari pertunjukan, di mana awalnya aktivitas ini bertujuan untuk memperhatikan keberagaman yang ada dalam permainan anak yang berupa aspek matematis (Rudhito, 2020). Dalam mendirikan rumah, sebelumnya perlu dilakukan upacara “Menetau atau Mematikan tanah”; di mana ini menjadi salah satu aturan dalam pembangunan Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar. Upacara ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan dan bujukan terhadap makhluk halus yang ada di tanah ini untuk pergi dan tidak mengganggu pemilik rumah. Kemudian, upacara ini juga ditujukan sebagai bentuk penghormatan dan permintaan maaf terhadap segala makhluk yang teraniaya akan adanya pembangunan nanti. Serta, sebagai do’a keselamatan bagi pemilik rumah dan seluruh warga kampung terutama para pekerja sekaligus sebagai ucapan terima kasih bagi seluruh pihak yang ikut serta dalam pembangunan (Wahyuningsih, 1986).
6. Menjelaskan
Menjelaskan atau explaining merupakan aktivitas yang berhubungan dengan aspek kognitif dari penyelidikan serta konseptualisasi, di mana aktivitas ini bertujuan untuk membantu masyarakat menganalisis pola yang ada baik dalam grafik, diagram maupun lainnya yang dapat menuntun masyarakat mengolah satu representasi (Rudhito, 2020). Salah satu penjelasan dari rumah adat ini adalah asal usul penamaannya; di mana Rumah adat Selaso Jatuh Kembar dinamai demikian karena rumah ini memiliki selaso atau selasar jatuh atau posisinya lebih rendah dan kembar atau memiliki 2 selasar yang bentuknya sama (Redaksi PI., 2020).

Rumah Selaso Jatuh Kembar adalah simbol kearifan lokal yang menunjukkan keseimbangan antara fungsi, estetika, dan filosofi hidup masyarakat melayu. Rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga warisan budaya yang sarat dengan makna dan harus di jaga kelestariannya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun