BROMANCE, HUBUNGAN AKRAB SESAMA LELAKI
Happy Sunday, anyone!
Akhir-akhir ini naik lagi kasus pasangan LGBT yang minta dinormalisasi dengan dalih Hak Asasi. Sebenernya kalau kita nggak menutup mata dari fakta 'mereka' sejak dulu udah ada, bedanya mereka yang sekarang berani terang-terangan, dan kemarin melalui Podcast Om Dedy ibarat dikasih wadah, makin terang jadinya haha.
Well, saya nggak mau bahas itu, udah kebanjiran fakta sampai mau 'gumoh' kalau kata orang Jawa. Dulu saya termasuk golongan yang selalu penasaran bahkan cenderung curiga ke sepasang anak laki-laki yang punya hubungan dekat layaknya saudara padahal saya tau status keduanya cuma 'temen doang'.Â
Mereka Pulang, nongkrong, ngantin, jalan, sampe ke toiletpun bareng, berdua. Entah saya yang childish, tapi sempet beberapa kali bikin otak saya travelling. Haha.
Saia nggak nuduh mereka lari dari kodratnya, atau (maaf) orientasi seksualnya gay, karena saya sering mergokin mereka gosipin cewek dan masih doyan cewek. Tapi kok bisa deket banget sih kayak pacaran?
Budaya patriarki dan penghakiman yang masih rutin digoreng dan dikonsumsi masyarakat kita hakikatnya nggak cuma ngerugiin perempuan, tapi juga garangan, eh jantan (maaf laki maksudnya).Â
Seringlah kita dengar kalimat-kalimat "laki ha harus kuat", "pantang nangis, nggak boleh ngeluh" karena akan dilabeli 'lemah' khususnya di mata perempuan.Â
Bayangin kalau si laki nggak punya tempat numpahin itu semua, baik emosi, cerita, rasa yang ada di dalam, kemungkinannya 2: mati muda atau gila.Â
Mati hati karena kesepian dan tertekan atau gila dalam berpikir dan bertindak. Sekarang kita tau gunanya teman laki buat laki-laki. Simpelnya ya buat nampung hal-hal yang cuma bisa dingertiin sesama lelaki.