Mohon tunggu...
Yola Ibrahim
Yola Ibrahim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sumatera Utara

Seorang Sapiosexual yang kecanduan Ilmu Psikologi dan sangat aktif di Facebook.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Schadenfreude: Senang Melihat Orang Susah

13 Mei 2022   21:41 Diperbarui: 13 Mei 2022   21:42 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Tolong dibaca full yah, jangan ada part yang diskip. Maksa!)

Udah pernah denger kata Schadenfreude? Pernah nggak, pas ngeliat orang jatuh kamu malah ketawa? Nah, itu contoh Schadenfreude. Senang melihat orang susah atau menderita.
 
S sa saya, tuh. Kalo temen saya celaka atau kenapa-napa biasanya saya ngakakin dulu sebelum saia tolong. Sadis? Nggak boi, saya bisa jelasin. (Beda cerita kalau ngeliat yang jatuh itu orang yang nggak dikenal).


Secara etimologi (asal-usul bahasa) Schadenfreude berasal dari bahasa Jerman yang terdiri dari 2 kata, yaitu "schaden" yang artinya kerugian dan "freude" yang artinya sukacita. Jadi schadenfreude adalah? Baca judul.
 
Kenapa bisa timbul schadenfreude? Secara nalar manusiawi, kalau ngeliat temen yang lagi susah harusnya kita ikut iba, iba ini muncul dari rasa empati dalam nurani. Namun, senang melihat orang susah itu ternyata normal juga. Lah kok bisa?
 

"Jika seseorang menikmati ketidakberuntungan orang lain, berarti ada sesuatu dalam keberuntungan tersebut yang baik bagi dirinya," jelas seorang dosen Psikologi Universitas Leiden di Belanda, Wilco W. van Dijk. Artinya apa, lur? Singkatnya, schadenfreude lahir karena kita senang hal 'sial' itu nggak menimpa kita dan justru menimpa orang lain, kayak merasa diri lebih beruntung.
 
Dalam otak kita ada yang namanya senyawa dopamin (penentu emosi, khususnya kebahagiaan), otak bakal lebih cenderung mencari cara supaya segala kondisi lebih mendominankan dopamin daripada senyawa lain. Makanya sekalipun hal malang menimpa orang, respon pertama yang dikeluarkan otak adalah merasa seneng ngeliat itu, disusul perasaan-perasaan lain.


Schadenfreude ini respon alamiah manusia, begitu menurut banyak penelitian. Salah satunya dari Department of Psychology Mercer University. Bahkan dikuatkan dengan hasil penelitian dari Simone G. Shamay seorang profesor psikologi University of Haifa yang menyebutkan kalau anak berusia 2 tahun pun bisa mengalami schadenfreude saat diperlakukan nggak adil.
 
Masih ragu kalau senang melihat orang susah itu normal? Ada seorang peneliti tentang konsep schadenfreude bernama Mina Cikara, menerbitkan jurnal Annals of the New York Academy of Lores. Inti isi jurnalnya jelas "senang melihat orang lain menderita itu normal". Udah ada penelitiannya, tuh.


Schadenfreude juga bisa hadir dari perasaan insecure dan iri. Karena merasa kurang dari seseorang dan rendah diri, pas ngeliat orang itu lagi susah atau sial kita ngerasa kayak itu sebuah kabar gembira. Sesuai sama kata seorang peneliti di Ursinus College, kecemburuan itu salah satu pelatuk dari munculnya perasaan schadenfreude.
 
We o we, walaupun schadenfreude ini manusiawi, perlu diantisipasi karena bisa berkembang jadi suatu hal yang kita semua pasti nggak mau itu terjadi ke kita. Apa itu? Gangguan psikopati.
Gangguan psikopati, apa lagi ini? Kecenderungan untuk menghalalkan segala cara untuk menyakiti orang lain tanpa merasa menyesal. Lah kok iso? Terlalu sering atau sangat suka ngeliat orang lain susah itu salah satu ciri psikopati.
 
Jadi gimana dong, Yol? Ya batasi, pandai-pandailah bawa diri, belajar kontrol emosi. Nggak ada candu (sesuatu yang berlebih) yang baik selain candu sedekah haha.

Sekian, sampe ketemu besok!
 
 Yuk bisa, yuk!
 -Yola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun