Gili Labak, memberikan pesona melalui keindahan alamnya yang memukau melalui panorama laut yang jernih, pasir yang putih, serta keindahan alam bawah laut yang sangat autentik. Selain itu, Gili Labak telah menjadi destinasi impian bagi isatawan yang mencari ketenangan dan keindahan alam. Namun, dibalik pesonanya tantangan yang dimiliki semakin besar terutama dalam menjaga keseimbangan ekosistem didalamnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya strategi manajemen risiko dalam pengelolaan destinasi wisata agar mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Manajemen risiko memegang peran sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di Gili Labak. Dengan cara mengenali apa saja potensi ancaman yang disebabkan oleh kegiatan manusia, analisa dampaknya, serta merencanakan bagaimana cara menangani ancancaman-ancaman jika terjadi satu hal yang buruk. Setelah menemukan solusi diperlukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi lingkungan dan melibatkan pihak eksternal dalam mengambil keputusan dan menerapkan sistem berkelanjutan dalam pengelolaan pariwisatanya.
Dalam menjaga harmoni kelestarian alam di Gili Labak di era perkembangan pariwisata yang sangat pesat. Langkah-langkah proaktif sangat diperlukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola potensi ancaman yang ada di pulau ini. Menurut pendapat beberapa personal kerusakan mayoritas ditimbulkan akibat kegiatan pariwisata dalam arti over tourism. Dalam konteks pariwisata risiko kerusakan terumbu karang, peningkatan polusi dalam limbah pariwisata, dan degredasi habitat alami dalam pembangunan infrastruktur yang signifikan.
Beberapa langkah manajemen risiko dalam menghadapi perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Pulau Gili Labak adalah sebagai berikut:Â
1. Pengendalian kapasitas wisataÂ
Dengan membatasi jumlah pengunjung, penekanan pada ekosistem juga akan berkurang secara signifikan. Melalui menerapkan sistem reservasi, pembatasan kuota harian, regulasi terkait jumlah akomodasi dapat digunakan untuk pembatasan kapasitas pengunjung. Langkah ini dapat memberikan pengalaman wisata yang santai dan mempertahankan kelestarian lingkungan sesuai dengan konsep pariwisata berkelanjutan.
2. Pengelolaan limbah secara efisien
Peningkatan jumlah limbah yang sangat signifikan dapat dipengaruhi oleh peningkatan jumlah pengunjung yang sangat banyak setiap harinya. Oleh karena itu, pengelolaan limbah diperlukan untuk mencegah adanya pencemaran lingkungan dan meminimalisir kerusakan ekosistem laut.
3. Pemantauan secara berkala
Langkah ini merupakan salah satu kunci utama agar dapat mengevaluasi serta melakukan analisa dari akibat buruk yang disebabkan oleh kegiatan pariwisata. Melalui pemantauan secara berkala, pengelola dapat menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi lingkungan, seperti kualitas air laut, kerusakan terumbu karang. Hal ini memudahkan pengelola untuk mengumpulkan data dan menganalisa dimana daerah yang memerlukan perbaikan atau konservasi.
Dengan cara ini pengelola dapat mengambil langkah perventif atau korektif yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekologi di Gili Labak.