Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM)Â merupakan salah satu program Kampus Merdeka yang sangat digandrungi mahasiswa di seluruh Indonesia saat ini. Hal ini dikarenakan PMM memberikan kesempatan untuk dapat merasakan belajar di daerah lain selama 1 semester. Tahun 2023 merupakan tahun ketiga dalam pelaksanaan program PMM dengan jumlah 246 kampus yang telah terdaftar didalamnya.
Salah satu mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Bacellia Yolanda Bomboa atau kerap dipanggil Bacel, berkesempatan untuk dapat merasakan program PMM tersebut di Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan yang bertepatan pada hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2023 silam.Â
Bacel merasa begitu senang dengan kesempatan yang diberikan, hal ini didasarkan Bacel menjadi salah satu dari 128 mahasiswa dari ujung Sabang sampai Merauke yang berhasil diterima dan bertemu di Universitas Lambung Mangkurat sebagai tempat belajar baru dalam hal pendidikan, budaya, dan sosial.Â
Hal ini juga dibuktikan bahwa selain bertukar belajar, mahasiswa PMM Inbound Universitas Lambung Mangkurat kerap mengikuti Modul Nusantara untuk mengetahui dan mengerti budaya yang ada di Kalimantan Selatan setiap hari sabtu atau Minggunya.
Modul Nusantara sendiri sungguh menjadi pengalaman yang berkesan bagi para mahasiswa, Titin Sugiarti yang merupakan mahasiswa Universitas Bung Hatta Padang, selaku rekan Bacel, menyatakan, "Modul Nusantara begitu menyenangkan dikarenakan kita bisa belajar dengan cara yang menyenangkan sekaligus jalan-jalan keliling Kalimantan Selatan. Selain itu, Dosen Pembimbing Modul dan Liaison Officer (LO) yang saya dapatkan di kelompok sangat baik dan menyenangkan, sehingga membuat setiap Modul Nusantara selalu asik dan ditunggu-tunggu."
Program PMM juga memberikan pengalaman baru terhadap sistem pembelajaran yang dialami mahasiswa PMM Inbound Universitas Lambung Mangkurat.Â
"Dalam sistem pembelajaran tentunya sangat berbeda dengan yang saya dapatkan di instansi asal. Perbedaan mengenai sistem pendidikan di pulau Jawa dan pulau Kalimantan membuat saya sedikit kaget. Sebagai contoh kecil, saya merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman-teman kelas dan beberapa dosen karena mereka lebih sering menggunakan bahasa Banjar dibandingkan dengan bahasa Indonesia formal. Tapi hal ini tidak mematahkan saya untuk belajar bahasa Banjar juga." ujar Gytta Nur Fadhilah dari Institut Pendidikan dan Bahasa Invada Cirebon yang menerima program PMM di Universitas Lambung Mangkurat.Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan luar pulau Jawa sangat berbeda dengan yang ada di pulau Jawa, hal ini juga dapat menjadi suatu masukan bagi pemerintah untuk terus meratakan pendidikan di seluruh Indonesia, agar anak-anak muda terus berkembang dan tidak perlu takut untuk ketinggalan dari lainnya.