Mohon tunggu...
Yolanda Bauk
Yolanda Bauk Mohon Tunggu... Ahli Gizi - yolan

NAMA : YOLANDA BONAFANTURA BAUK NAMA PANGGILAN : YOLAN TTL;15 JULI 1996 ASAL : NTT

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Buruk Covid-19 bagi Perekonomian Indonesia

25 Juni 2021   18:30 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus Corona atau yang juga kita kenal sebagai Covid-19 adalah pandemik yang masih belum diketahui kapan akan berakhir. Sejak Covid-19 mulai masuk ke Indonesia di awal tahun 2020 hingga sampai sekarang pun masih belum ada titik terang akan usainya wabah ini.

Keberadaan virus menular yang satu ini tentu tidak hanya meresahkan tetapi juga membawa dampak buruk bahkan terhadap beberapa aspek penting negara, termasuk perekonomian. Perlu diketahui bahwa World Health Organization (WHO) atau badan kesehatan dunia sudah menyampaikan bahwa virus covid-19 tidak bisa hilang dalam waktu singkat.

Karena masih belum diketahui kapan pandemik covid-19 ini berakhir, semakin banyak pihak yang dirugikan. Dalam hal ekonomi, sebagian dari Anda mungkin turut merasakannya terlebih setelah kehilangan pekerjaan atau pemutusan hubungan kerja (PHK). Ini seolah menambah PR pemerintah baik pusat maupun daerah dalam mencari solusi dari semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Lapangan pekerjaan yang semakin berkurang dan usaha-usaha yang harus terhenti atau tutup setelah adanya covid-19 seolah menyisakan tanya "akan seperti apa perekonomian negara Indonesia di tahun-tahun selanjutnya?"

Data menunjukkan bahwa di Triwulan 1 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tercatat tumbuh di zona negatif. Di 3 bulan tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan sekitar -0,74% secara tahunan atau year or year. Nampaknya, target pertumbuhan 7% di triwulan II 2021 masih sulit tercapai. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi negara Indonesia masih sangat bergantung pada permintaan global.

BPS mencatat ada 6 lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif di triwulan 1 2021 diantaranya adalah informasi dan komunikasi sebesar 8,72%, pengadaan air sebesar 5,49%, jasa kesehatan sebesar 3,64%. Kemudian disusul oleh pertanian sebesar 2,95%, pengadaan listrik dan gas sebesar 1,68%, dan real estate sebesar 0,94%.

Untuk lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan negatif, BPS mencatat ada 11 lapangan usaha, termasuk konstruksi, perdagangan, industri, jasa pendidikan, pertambangan, administrasi pemerintahan, jasa keuangan, jasa lainnya, jasa perusahaan, akomodasi dan makan minum, serta transportasi dan pergudangan.

Jika berdasarkan pengeluaran, hanya ada tiga kelompok yang mengalami pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tidak lebih dari 7%. Diantaranya adalah konsumsi pemerintahan sebesar 2,96%, impor sebesar 5,27%, dan ekspor sebesar 6,74%.

UMKM atau usaha mikro, kecil, dan menengah mendapatkan dampak covid-19 yang nyata. Bahkan hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi UMKM Indonesia, Ikhsan Ingratubun (dilansir dari BBC Indonesia). Dengan adanya anjuran physical distancing, kegiatan berbelanja ke luar rumah melalui UMKM seolah menghilang dari rutinitas. Hal ini tentu berdampak pada UMKM yang sulit untuk membayar biaya yang ada termasuk gaji pekerja serta biaya operasional lainnya.

Selain UMKM, ada sektor pariwisata yang juga mendapatkan dampak buruk adanya pandemik Covid-19 yang entah kapan akan berakhir. Anjuran physical distancing berarti kita harus menjaga jarak dan masih harus berpikir ulang jika ingin pergi jalan-jalan atau liburan. Dengan demikian, hal ini berdampak pada agen perjalanan, transportasi, hotel, pemandu wisata, hingga restoran. Anjloknya turis lokal dan turis mancanegara tidak bisa dihindari. Lagi dan lagi hal ini bisa berakibat pada tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan.

Manufaktur juga terkena dampak buruk Covid-19. Jika biasanya menjelang Ramadhan manufaktur mendapatkan permintaan yang naik dari masyarakat, hal ini yang berbeda terjadi di tahun-tahun sulit semenjak adanya Covid-19. Mau tidak mau, perusahaan manufaktur terpaksa harus menurunkan produksinya.

Jika masih butuh waktu lama untuk menunggu ekonomi sembuh, maka hal kecil yang bisa kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin mengelola perekonomian dari lingkup terkecil, misalkan keluarga. Pandemik memang bukan sesuatu yang kita harapkan, namun juga bukan alasan untuk menyerah. Jika keadaan ekonomi dirasa semakin sulit, mungkin disitu kita memiliki tantangan untuk menciptakan lapangan kerja baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun