Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak gunung api aktif. Gunung-gunung api ini memiliki potensi bahaya letusan yang dapat menimbulkan dampak bagi masyarakat.
Dampak letusan gunung di Sumatera Barat bagi masyarakat dapat dibagi menjadi dua, yaitu dampak langsung dan dampak tidak langsung.
Dampak langsung letusan gunung di Sumatera Barat meliputi:
- Kematian dan luka-luka . Letusan gunung dapat menyebabkan kematian dan luka-luka akibat aliran piroklastik, lontaran batu, dan jatuhnya material vulkanik.
- Â Kerusakan harta benda . Letusan gunung dapat menyebabkan kerusakan harta benda, seperti rumah, gedung, dan infrastruktur lainnya.
- Kehilangan mata pencaharian . Letusan gunung dapat menyebabkan hilangnya mata pencaharian masyarakat, seperti petani, pekebun, dan pedagang.
Dampak tidak langsung letusan gunung di Sumatera Barat meliputi:
- Gangguan kesehatan . Letusan gunung dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti gangguan pernapasan, iritasi kulit, dan gangguan mata.
- Krisis Pangan . Letusan gunung dapat menyebabkan krisis pangan, terutama di daerah yang memberdayakan pertanian dan perkebunan.
- Krisis sosial . Letusan gunung dapat menyebabkan krisis sosial, seperti konflik antarwarga dan kriminalitas.
Berikut adalah contoh dampak letusan gunung di Sumatera Barat:
- Pada tahun 2023, Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar meletus. Letusan ini menyebabkan hujan abu vulkanik yang melanda wilayah dalam radius 3 kilometer dari puncak gunung. Hujan abu vulkanik ini menyebabkan gangguan pernafasan, iritasi kulit, dan gangguan mata. Selain itu, hujan abu vulkanik juga menyebabkan kerusakan harta benda, seperti rumah dan gedung.
- Pada tahun 2017, Gunung Sorik Merapi di Kabupaten Mandailing Natal meletus. Letusan ini menyebabkan aliran piroklastik yang menerjang desa-desa di sekitar gunung. Aliran piroklastik ini menyebabkan kematian dan luka-luka, serta kerusakan harta benda.
Untuk mengurangi dampak letusan gunung di Sumatera Barat, diperlukan upaya-upaya mitigasi bencana, seperti:
- Pemantauan aktivitas gunung api secara intensif . Pemantauan aktivitas gunung api ini dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas gunung api dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
- Pemetaan wilayah rawan bencana . Pemetaan wilayah rawan bencana ini dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui wilayah yang berpotensi terkena dampak letusan gunung api.
- Penyuluhan dan pelatihan mitigasi bencana kepada masyarakat . Penyuluhan dan pelatihan mitigasi bencana ini dilakukan oleh pemerintah daerah dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Penyuluhan dan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya letusan gunung api dan cara-cara untuk mengurangi risikonya.
- Pembangunan infrastruktur pendukung . Pembangunan infrastruktur pendukung, seperti jalur evakuasi dan tempat pengungsian, dilakukan oleh pemerintah daerah. Pembangunan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat untuk mengevakuasi diri dari daerah rawan bencana.
Upaya-upaya mitigasi bencana ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk meminimalkan dampak letusan gunung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H