Lagi-lagi masalah pembelajaran..
Pembelajaran diinterpretasikan sebagai proses dalam upaya membelajarkan individu. Semakin berkembangnya zaman ke arah globalisasi yang semakin kompleks, makna membelajarkan individu menjadi semakin kompleks pula yakni tidak hanya membelajarkan individu yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu sesuatu yang semula tidak diketahuinya dengan cara-cara pentransferan pengetahuan saja, melainkan membelajarkan disini berarti memaknakan kebermanfaatan pengetahuan tersebut di dalam diri individu.
Ibaratkan saja pembelajaran sebagai proses mengisi air ke dalam botol kosong, jika dijabarkan proses penting ini tidak hanya sebagai proses memasukkan air ke dalam botol, namun bagaimana mempertahankan air dalam botol tersebut sampai saatnya dapat berguna bagi kehidupan. Pertahanan ini dapat berupa pertahanan dari kebocoran botol, tumpahnya air, dll. Sama halnya dengan pembelajaran, proses penting di dalamnya tidak hanya sebagai proses memasukkan pengetahuan saja namun bagaimana mempertahankan pengetahuan tersebut sampai saatnya dapat berguna bagi kehidupan. Pertahanan dalam pembelajaran berupa proses memaknakan kebermanfaatan pengetahuan tersebut agar dapat bertahan lama dan berguna bagi hidup dan kehidupan individu yang belajar. Untuk itu adanya inovasi dalam pembelajaran menjadi cara jitu dan mujarab jika digunakan tepat guna dalam memaknakan kebermanfaatan pengetahuan tersebut.
Perlu diingat, bahwa inovasi pembelajaran memang benar dapat mendorong tercapainya tujuan pembelajaran yang bermakna, namun sebaik apapun inovasi dalam hal strategi, metode, tekhnik dan komponen pembelajaran lain tidak akan berjalan mulus jika pembelajaran yang diadakan berlawanan dengan otak. Sehingga, eksekusikanlah pembelajaran yang harmonis dengan otak.
Pembelajaran yang harmonis dengan otak salah satunya bertujuan agar dapat menjadikan individu pemikir yang kritis, kreatif dan problem solver. Berpikir kritis merupakan kegiatan mental untuk menemukan solusi menyelesaikan suatu masalah berupa proses berpikir sistematik, terarah dan jelas seperti proses melakukan pengamatan, merumuskan, menganalisa, meneliti, mengobservasi dll. Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menghasilkan pemikiran dan pemahaman baru tentang suatu permasalahan. Apabila individu telah dapat menjadi pemikir yang kreatif dan kritis maka dapat disimpulkan bahwa anak itu telah menjadi problem solver. Pembelajaran yang memaknakan kebermanfaatan pengetahuan pada diri individu akan lebih mudah tercapai jika individu yang belajar dapat menjadi problem solver yang mampu berpikir kreatif dalam pengambilan keputusan baru untuk secara kritis menyelesaikan problema-problema pelik dalam hidup dan kehidupan.
Pembelajaran yang harmonis dengan otak sejalan dengan pengaplikasian teori hemisphere (teori otak). Teori ini menjelaskan penyeimbangan kinerja kedua belahan otak yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Keadaan yang seimbang antara kedua belahan otak tersebut akan menjadikan optimalnya fungsi kinerja otak individu. Akhirnya, sebagai calon guru alangkah baiknya kita jika mengkondisikan pembelajaran yang berjalan harmonis dengan otak agar tercipta tenaga-tenaga intelektual yang problem solver.. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H