Bekerja untuk mencari nafkah. Kata-kata yang sering diucapkan orang-orang pada umumnya. Apapun pekerjaannya, suka atau tidak suka, yang penting bisa untuk mengisi perut dan menyambung hidup. Surya, lelaki berumur lima puluh tahun, bekerja sebagai loper koran. Ia sangat menyenangi pekerjaannya sebagai loper koran yang sudah ia geluti sejak tahun 1990. Menjadi seorang loper koran bukanlah karena keterpaksaan atau tidak adanya pekerjaan lain. Sebelumnya pernah bekerja di tempat kerajinan kuningan Kota Gede, Yogyakarta selama lima tahun dan di pabrik tekstil selama kurang lebih dua tahun.
Setiap pukul lima pagi, ayah dari empat anak ini memberikan koran kepada para pelanggan setianya mulai dari daerah Babarsari bahkan sampai daerah Universitas Gadjah Mada (UGM). Selanjutnya jika badan tidak terasa lelah, Surya menggelar dagangannya dengan berjualan di depan kampus UPN “Veteran” Babarsari, Yogyakarta. “Kan kebanyakan yang butuh koran mahasiswa, jadi sesuaikan dengan sasaran pasar.” kata Pak Surya sambil melihat dagangan koran nya yang terpampang di pinggir jalan.
Surya sangat menikmati pekerjaannya sebagai loper koran atau tukang koran. “Enaknya jualan koran itu tidak terikat, bebas. Saya orangnya enggak suka diatur-atur. Kalo kayak gini kan mau jualan terserah. Kalo lagi capek enggak jualan enggak apa-apa.” terang Surya dengan tawa ringan.
Penghasilannya yang didapat oleh Surya bisa dikatakan cukup untuk makan dan memang tak menentu jumlah pendapatan yang ia dapatkan setiap harinya. Pembelian koran tergantung pada isi beritanya saat itu. Jika ada berita menarik, biasanya penjualan koran tersebut sangat tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H