Mohon tunggu...
yolaagne
yolaagne Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Jurnalistik

sorak-sorai isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aan Mansyur Membakar Kota

15 Oktober 2020   08:07 Diperbarui: 15 Oktober 2020   08:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/kiml1741

SAYA membakar Kota M meskipun para penduduknya yang tersisa sudah bersusah payah membangunnya kembali. Tiga tahun silam kota ini tidak lebih dari tumpukan abu karena ulah sekelompok anak muda dungu dan berapi-api.

Aan Mansyur, dalam cerpennya berjudul "Saya yang Membakar Kota M" menuangkan banyak pesan. Ide cerpen ini dari berasal dari kegelisahannya melihat kota dipenuhi masalah yang tidak memiliki jalan keluar, dalam lamunannya satu-satunya cara menyelesaikan masalah yang memenuhi kota adalah dengan cara membakarnya dan membangun kota kembali. Di sinilah Aan mulai membakar kota melalui cerpennya.

Akila menyimpan banyak kesedihan dalam hidupnya, ini yang membuat ia mendaftarkan diri di perpustakaan terakhir di mana orang dapat meminjam waktu untuk mendengar kisah-kisah sedih. Akila ingin merasa ringan dengan mendengar cerita yang lebih sedih, pahit, dari hidupnya. Dan ia bertemu jiwa.

Dalam cerpen Aan yang tidak dibukukan ini juga menuliskan sebuah realita. Ketika banyak orang yang lebih suka didengar ketimbang mendengar. 

Terciptalah potongan cerita perpustakaan terakhir yang para relawannya meminjamkan waktu untuk mendengar kisah-kisah sedih dari penduduk kota M. Akila menjadi salah satu relawan dan ia bertemu Jiwa; lelaki yang memiliki cerita lebih sedih dan pahit dari Akila.

Aan Mansyur menyelupkan sedikit pandangannya tentang dunia tulis-menulis di cerpen ini. Baginya menulis adalah cara mengurai apa yang kusut dikepala, meskipun tidak ada akhir dari tulisan itu.

Menulis adalah obat yang sangat membantu. Mendiang bapak Akilah adalah seorang penulis yang menitip pesan pada Akila sebelum ia bunuh diri "Belajarlah menulis seolah hidup ini memaksamu untuk memberikan bantuan pernapasan kepada dirimu sendiri"

Cerpen ini ditutup dengan puncak kesedihan Akila ditinggal Jiwa mati. Jiwa ditemukan mati bunuh diri, hingga akhir cerita Akila mencari berjuta-juta alasan Jiwa meninggalkannya dengan cara paling menyakitkan. 

Aan mansyur mengatakan akhir cerita dibuat demikian karena bagi beberapa orang, cara membahagiakan orang lain adalah dengan menghilang dari sekitar orang yang dicintai. 

Meskipun tidak diceritakan bagaimana kesedihan Jiwa, namun kesedihan Jiwa yang lebih besar dapat membuat Akila merasa lebih baik. Jiwa memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan meninggalkan rasa kehilangan yang dalam; membuat Akila membakar Kota M.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun