Mohon tunggu...
yolaagne
yolaagne Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Jurnalistik

sorak-sorai isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekerasan Seksual Anak Mudah Dijumpai, di Lubang Tikus Sekalipun

23 Juli 2020   11:31 Diperbarui: 23 Juli 2020   11:36 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sebagai orang yang lebih dewasa perlu menanamkan rasa kasih-sayang bukannya luka yang terkenang. Luka yang akan merusak masa depan mereka

Kekerasan terhaap anak kian hari, kian mengkhawatirkan. Terutama kekerasan seksual yang kini terungkap dari berbagai tempat. Kasus pelecehan terjadi di ruang-ruang dekat dengan kehidupan anak.

Tempat yang seharusnya menjadi rumah aman bagi anak-anak, kini tidak lagi menjadi rumah bermain dan belajar bagi mereka. Kasus pelecehan akhir-akhir ini terkuak dari rumah ibadah, sekolah, bahkan tempat rehabilitas anak.

WNA Prancis ditangkap karena mengeksploitasi 305 anak secara seksual dan ekonomi. Ia membawa anak jalanan ke hotel dan melecehkannya. 305 anak bukanlah jumlah yang sedikit, pihak berwajib masih belum bisa mengidentifikasi 305 anak yang menjadi korban dan hanya beberapa yang teridentifikasi.

Sayangnya, pelaku sudah terlebih dahulu mengakhiri hidupnya dipenjara dengan cara bunuh diri sebelum mengungkap siapa anak-anak yang menjadi korbannya.

Bagi pelaku mengakhiri hidup adalah cara tepat untuk lepas dari tanggung jawab. Tapi bagaimana nasib 305 anak korban pelecehan? Sangat mungkin mereka mengalami trauma, dan jika tidak diobati akan mereka bawa hingga dewasa. Ada kemungkinan saat dewasa mereka melakukan hal yang sama sebagai pelampiasan dan korbannya bisa saudara atau anak kita sendiri.

Masih adakah rumah aman bagi anak-anak? Mungkin jawabannya tidak. Setelah melihat pemberitaan gadis berumur 14 tahun dilecehkan oleh DA, Kepala UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Lampung Timur. Gadis 14 tahun ini sebelumnya diperkosa oleh lelaki tidak dikenal dan sedang mendapat perawatan.

Ia dititipkan ayahnya di rumah aman agar sembuh pasca pemerkosaan oleh lelaki tidak bertanggung jawab. Tetapi, bukannya sembuh ia malah dilecehkan lagi. lembaga yang bertugas melindungi anak dan perempuan tidak pantas melakukan hal demikian. Bagaimana bisa pelecehan terjadi di rumah yang seharusnya melindungi anak dari pelecehan? 

Rumah ibadah yang digunakan sebagai tempat anak mengenal tuhan juga tak bersih dari kekerasan seksual. Di Depok seorang pembina kegiatan gereja melecehkan 20 anak. Ia telah melancarkan aksinya sejak dua dekade lalu (Kompas).

Di mana lagi anak-anak dapat bermain dengan tenang tanpa perlu merasa takut, jika tempat-tempat yang seharusnya aman bagi mereka kini mengancam keselamatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun