Mohon tunggu...
Aryoko Jiwandono
Aryoko Jiwandono Mohon Tunggu... -

lahir 23 oktober 1987\r\n\r\nemail: aj_yoko@yahoo.com.au\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bermain dengan Nasionalisme

13 Maret 2011   23:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:49 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://1.bp.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="sumber: http://1.bp.blogspot.com"][/caption]

Pengertian nasionalisme

Nasionalisme, sesuatu yang diagungkan oleh banyak pihak. Sesuatu yang wajib dipunyai oleh banyak orang. Sesuatu yang bahkan mampu meningkatkan derajat seseorang di dalam kehidupan sosial. Orang yang mempunyai nasionalisme tinggi selalu dipandang lebih tinggi daripada orang yang mempunyai nasionalisme rendah (tanpa melihat faktor lain seperti kekayaan, kemampuan, dan lain-lain). Banyak juga yang berpendapat seperti ini, “ sehebat apapun orangnya, kalau nggak nasionalis, dia lebih jelek daripada orang yang biasa saja namun sangat nasionalis”.

Sebenarnya apa itu nasionalisme? Seperti apakah orang yang nasionalis? Pengertian nasionalisme sendiri sebenarnya masih belum pasti, kamus versi yang satu bisa memiliki pengertian yang agak berbeda dengan kamus versi lain. Tapi, dari berbagai definisi yang beragam, dapat ditarik suatu pengertian, nasionalisme adalah identitas bangsa dan negara yang kuat dalam individu atau kelompok, dengan kata lain, nasionalisme adalah bagaimana cara warga negara memandang negaranya. Ensiklopedia filosofi Stanford menyebutkan bahwa nasionalisme adalah suatu konsep yang dipakai untuk menggambarkan prilaku warga negara ketika mereka peduli terhadap negara mereka. Atau perjuangan yang ditempuh oleh warga negara untuk mencapai suatu bentuk negara/pemerintahan yang berdaulat (misalnya: perjuangan pahlawan demi Indonesia yang merdeka, atau perjuangan mahasiswa demi Indonesia yang transparan dan bebas KKN).

Nasionalisme sendiri mempunyai berbagai macam bentuk, seperti nasionalisme budaya, nasionalisme agama, nasionalisme territorial, atau nasionalisme etnis, tergantung dari bagaimana suatu individu memandang negaranya. Pada nasionalisme budaya, identitas suatu negara adalah budaya-budaya yang terkandung di dalamnya (contoh: Indonesia adalah negara yang mempunyai batik, angklung, dst.). Pada nasionalisme agama, identitas negara bersumber dari agama yang dianut negara tersebut (contoh: Arab Saudi adalah negara islam). Pada nasionalisme etnis, identitas negara adalah etnis yang terdapat dalam negara tersebut (contoh: China adalah negara yang penduduknya adalah etnis cina). Pada nasionalisme territorial, identitas negara adalah wilayah yang dimiliki negara tersebut (contoh: Indonesia adalah negara yang wilayahnya dari sabang hingga merauke).  http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme

Orang yang punya nasionalisme yang tinggi adalah orang yang mempunyai idealisme politik yang tinggi, dan berjuang demi idealismenya (dimotivasi oleh idealismenya) , apapun bentuk dan dampaknya. Sehingga tak jarang banyak terjadi pertentangan karena perbedaan idealisme. Dari bentuk nasionalisme seseorang, dapat dilihat atribut mana yang lebih kuat tertanam di dirinya, atribut apa yang dinilai lebih penting/tinggi tergantung persepsi masing-masing. Pada kasus bentuk pemerintahan Yogyakarta misalnya, beberapa pihak yang menginginkan bentuk kesultanan mungkin saja memiliki identitas sebagai warga negara Yogyakarta (kesultanan) yang lebih tinggi, dan mempunyai kebanggaan terhadap status istimewa yang disematkan pada daerah tersebut. Ada juga yang memiliki identitas sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai toleransi terhadap bentuk pemerintahan yang berbeda pada daerah tertentu.

Pada pemilu 2009 kemarin misalnya, terdapat beberapa bentuk nasionalisme, dan berbagai pandangan berbeda mengenai negara yang seperti apakah Indonesia itu. Ada beberapa yang berpandangan bahwa Indonesia itu adalah negara yang seharusnya sesuai dengan cita-cita pendirinya. Ada juga yang berpandangan bahwa Indonesia itu bangsa yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusianya, sehingga seharusnya mandiri dan tak tergantung oleh pihak asing. Ada juga yang berpandangan bahwa Indonesia itu adalah bangsa yang bersahabat, berpikiran terbuka, punya toleransi yang tinggi sehingga seharusnya mempunyai kedudukan yang tinggi dalam pergaulan internasional. Semuanya nasionalis, namun terdapat perbedaan pandangan mengenai identitas Indonesia itu sendiri. Ada yang menekankan nilai origin/asal/murni, sehingga menginginkan sebuah Indonesia yang seperti ketika pertama kali didirikan. Ada yang menekankan nilai kekuatan/kemampuan/potensi, sehingga menginginkan Indonesia yang mandiri dan kuat. Ada yang menekankan nilai budaya karakter bangsa, bhineka tunggal ika, sehingga menginginkan sebuah negara yang berpikiran terbuka, bersahabat dan nyaman untuk ditempati orang-orang dari berbagai latar belakang. (maaf apabila pendapat saya terkesan mengeneralisir)

Lalu, nasionalisme yang seperti apakah yang harusnya dimiliki warga negara Indonesia? Bentuk nasionalisme manakah yang benar? Semua bentuk nasionalisme di atas tidak salah, semua tergantung pada idealisme masing-masing warga negara dan bagaimana warga negara tersebut memandang Indonesia.


Fungsi Nasionalisme, Nasionalisme vs Rasionalisme

Melihat pengertian diatas, timbul pertanyaan, apa gunanya nasionalisme? Apa benar orang yang nasionalis lebih baik dari yang tidak? Apakah kondisi negara begitu penting untuk kehidupan? Apa kehidupan yang baik selalu tercipta dari nasionalisme yang tinggi? Tidak harus kan?

Nasionalisme adalah perasaan yang timbul dari satu atribut yang dimiliki individu yaitu negara. Sedangkan satu individu dapat memiliki beberapa atribut seperti gender, suku bangsa, agama, keadaan fisik, status pekerjaan, status sosial, bahkan klub sepakbola kesayangan. Apa bedanya nasionalisme dengan sukuisme, genderisme, atau fanatisme terhadap klub bola tertentu?

Apabila kita memandang diri sendiri sebagai satu individu, kira-kira definisi apa yang bisa kita berikan untuk diri kita? Apa jati diri kita? Apakah kita adalah seorang Indonesia? Apa kita seorang muslim? Seorang pria? seorang Jawa? Seorang mahasiswa, atau seorang penggemar klub As Roma? Apa artinya buat kita memiliki berbagai macam atribut jati diri? Apakah karena kita seorang Indonesia maka kita harus berprilaku seperti layaknya orang Indonesia? (begitu juga dengan atribut lain seperti agama, suku, atau aliran musik), bukankah hal seperti ini yang menimbulkan pandangan yang bersifat strereotype dan menggolong-golongkan? Bukankah hal seperti ini yang menyebabkan kita berpikir subjektif? Contohnya, buat apa kita membeli barang buatan Indonesia kalau buatan asing lebih bermanfaat dan murah? Buat apa memakai rupiah kalau pakai dollar dapat memakmurkan masyarakat? Bisa kita lihat pada negara-negara di eropa yang meninggalkan mata uang negaranya untuk mendapatkan manfaat yang lebih dari mata uang yang baru. buat apa dipimpin oleh seorang Indonesia apabila orang asing lebih bisa memakmurkan masyarakat (naturalisasi presiden?)?. Apakah ada jaminan kalau sesuatu yang Indonesia dapat member manfaat lebih kepada sesama Indonesia yang lain? Selama sesuatu itu memberi manfaat, apapun atributnya tidak masalah kan?

Kita harus ingat bahwa bentuk negara-negara di dunia saat ini tidak sama seperti 500 tahun lalu misalnya. Contoh, orang-orang amerika saat ini sebenarnya adalah keturunan orang-orang dari negara lain seperti prancis, balanda, dan inggris. Mereka merasa bahwa negara kelahirannya itu tidak memberi manfaat sehingga memutuskan untuk mengubah atribut kewarga-negaraannya dan membentuk negara baru. Indonesia sendiri dulunya terdiri dari banyak negara (walau dahulu bentuknya kerajaan) namun akhirnya bersatu dan membentuk identitas baru. seandainya nanti Indonesia bobrok dan runtuh, buat apa mempertahankan nasionalisme? Bukankah yang nomor satu adalah kehidupan yang tentram dan sejahtera, apapun bentuknya? Bisa jadi nasionalisme menjadi penghalang untuk mencapai itu karena sifatnya yang tidak rasional dan subjektif. Ini bisa kita lihat pada pemain sepakbola naturalisasi, apa benar pemain naturalisasi tersebut pindah kewarganegaraan karena merasa dirinya adalah orang Indonesia? Atau karena merasa dengan menjadi orang Indonesia kesempatan tampil di tim nasional menjadi lebih besar? Kalau benar yang kedua, berarti kan mereka menerapkan azas rasionalisme, bukan nasionalisme? (maaf, sama sekali tidak bermaksud menghakimi, saya sendiri senang dengan kehadiran pemain naturalisasi, bukan berarti juga saya berpendapat pemain naturalisasi itu tidak nasionalis). nasionalisme sendiri bisa menyebabkan kerusakan bila terlalu tinggi, seperti yang terjadi dalam penjajahan. Pihak penjajah memandang bangsanya lebih superior dan menindas bangsa lain. Seandainya tidak ada nasionalisme, apa mungkin suatu bangsa akan menjajah? Lalu apa gunanya nasionalisme?

Menurut saya pribadi, sebenarnya nasionalisme itu sendiri tidak bisa dimasukkan ke dalam ranah akal atau rasio, namun lebih ke ranah spiritual. Dia sifatnya sakral, sama seperti cinta dan keyakinan. Dan, tidak memiliki hal tersebut (nasionalisme, cinta, keyakinan, kebanggaan terhadap suatu atribut seperti klub sepakbola favorit) bisa menyebabkan seseorang menjadi tidak seimbang, mungkin malah kehilangan jati diri, tujuan, pedoman dan semangat hidup, seperti yang banyak ditemukan pada orang-orang yang apatis.

Nasionalisme sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan seseorang. Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki rasa nasionalisme tinggi mempunyai hidup yang lebih bahagia dan sehat. Bahkan berdasarkan penelitian tersebut, kekayaan negara tidak begitu berpengaruh pada kualitas kebahagiaan orang nasionalis. Apabila negara melaksanakan tugasnya dengan baik, maka hal itu akan menambah rasa bahagia. Bila negara tidak melaksanakan tugas seperti yang diharapkan, rasa nasionalisme membantu orang untuk mengabaikan hal-hal buruk yang ada pada negara tersebut (nasionalisme buta?), bahkan bisa jadi memotivasi seseorang untuk menjadikan negaranya menjadi lebih baik. Selengkapnya bisa dilihat di artikel detik.com berikut http://health.detik.com/read/2011/02/24/130313/1578309/763/punya-rasa-nasionalis-bikin-hidup-orang-lebih-bahagia

Beberapa orang berpendapat, jatuh cinta hanyalah untuk orang yang bodoh, orang yang mengidolai selebritis tertentu adalah orang yang kurang kerjaan, orang yang beragama itu orang yang nggak masuk akal. Mungkin memang buat sebagian orang, hal-hal tersebut tidak berguna dan malah menghambat seseorang. Namun, buat orang yang sudah merasakan hal-hal tersebut, itu menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupnya, walaupun orang tersebut tidak bisa menjelaskan mengapa demikian. Coba saja jelaskan, ngapain punya anak? Biayanya mahal, susah diatur, dan belum tentu gedenya bakal berbakti. Buat apa punya agama? Gak bebas diatur-atur, padahal belum tentu surga dan neraka itu ada apa tidak. Namun hal-hal tersebut memberikan makna bagi kehidupan seseorang, entah itu semangat, tujuan hidup, pegangan, atau harapan.

Begitu juga dengan nasionalisme, walau susah dijelaskan mengapa dan apa.

Bahaya Nasionalisme

Berbahagialah orang yang mempunyai nasionalisme yang tinggi, namun juga berhati-hatilah. Jangan sampai nasionalisme yang kita punya itu adalah nasionalisme buta. Banyak sekali terjadi, karena fanatisme yang berlebihan, hasilnya menjadi jauh dari harapan. Ada beberapa orang yang menjadi budak dari nasionalismenya sendiri.

Karena sifatnya yang emosional dan sakral, nasionalisme (juga cinta, agama, dll) merupakan senjata yang ampuh buat beberapa pihak untuk memenuhi kepentingan pribadi. Banyak orang yang tergiur untuk memanfaatkan senjata bernama nasionalisme karena kekuatannya yang besar. Buat orang-orang ini, nasionalisme hanyalah sekedar alat untuk mencapai tujuan.

Contohnya bisa dilihat pada beberapa perang. Banyak perang yang sebenarnya adalah karena alasan pribadi, namun si pencetus perang mengajak masyarakat terlibat dengan alasan-alasan yang sangat nasionalis seperti demi kedaulatan negara, demi martabat bangsa, dan lain-lain. Dengan alasan alasan seperti itu, pencetus perang mempermainkan rasa nasionalis masyarakatnya. Kematian yang didapat dari nasionalisme buta seperti ini mungkin bisa disebut sebagai kematian yang konyol. Tidak bermanfaat untuk hal yang dibela, walau cintanya terhadap negara sangat besar. Mungkin ini bisa juga dialamatkan untuk para teroris, hanya bermanfaat untuk pemimpinnya, malah merugikan hal yang dibela (mencemarkan nama baik islam).

Nasionalisme mudah saja dipermainkan untuk kepentingan pribadi. Ada slogan yang kira-kira artinya orang yang tidak membayar pajak itu tidak nasionalis, tidak malu pada negara (atau dunia?), mungkin bisa jadi para koruptor pajak mentertawakan orang-orang yang termakan slogan seperti itu (bukan berarti pajak itu hanya berkontribusi untuk menambah kekayaan koruptor ya).

Untuk mencegah masalah-masalah seperti diatas, diperlukan keseimbangan antara nasionalisme dan rasionalisme dalam mengambil keputusan, Sehingga nasionalisme yang terbentuk bukanlah nasionalisme yang buta, tapi nasionalisme yang beralasan dan penuh pertimbangan, atau nasionalisme yang rasional. Dengan nasionalisme yang rasional, seseorang akan mengambil keputusan tidak hanya berdasarkan perasaan, namun juga terencana. Apa tujuan yang ingin dicapai? Apa tindakan yang akan ditempuh? Apakah tindakan ini akan bermanfaat bagi negara? Dan seterusnya.

Ada kata-kata mutiara dari John F. Kennedy yang sangat cocok untuk menggambarkan nasionalisme yang rasional. Yaitu “ask not what your country can do for you, but ask what you can do for your country”. Yang artinya adalah jangan tanyakan apa yang negaramu dapat perbuat untukmu, tapi tanyakan apa yang dapat kau perbuat untuk negaramu. Di kalimat (yang terkenal ini) beliau berkata ‘tanyakan’, yang juga bisa diartikan pikirkanlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun