Mohon tunggu...
Yokie S
Yokie S Mohon Tunggu... Freelancer - Adalah seorang Pelacur Spiritual yang merangkap sebagai Penulis Gelap secara fungsional.

Situs alamat saya ini, sejak awal, sudah saya rancang dengan konstruksi tanpa pintu. Jadi Anda, bebas mau keluar, atau mau masuk, atau mau jungkirbalik sekalian. Entah kenapa Admin Kompasiana yang cantik itu mengizinkan saya meluncurkan tulisan-tulisan tidak beres saya di sini. Saya kira sudah cukuplah semua basa-basi penghantar ini ya? Saya bukan ahli silaturahmi soalnya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencincang Setumpuk Bukti Gincu Keimanan

1 November 2019   10:55 Diperbarui: 1 November 2019   11:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain konstruksi kultur keimanan,
Tuhan hanyalah konsep jadul. Hanya itulah zirah anti peluru satu-satunya yang dimilikinya. Artinya, Tuhan sesungguhnya rapuh. Itulah yang membuat saya, merasa iba.

Anda tidak boleh tahu, apa sebenarnya inti yang terkandung di dalam ribuan konsep-konsepnya. Karena jika Anda sampai tahu, Anda tidak akan begitu tertarik sampai mabok tergila-gila lagi seperti sekarang ini. Dosisnya, menjadi hilang. Sementara komposisi efek demikian, memang dibutuhkan. Untuk perasa Tuhan, untuk membuat lidah Anda mengecap ilusi dan kelabu fakta. Akhirnya, Anda tertidur pulas dan malas untuk bangun.

Itulah sebabnya, lapisan luar Tuhan harus tebal meliuk-liuk dan mutar-mutar, harus dipagari dengan labirin seribu lapis, agar Anda tidak pernah sampai ke tengah-tengah, tidak akan pernah mau mengakui bahwa dirinya sebenarnya tidak beres.

Ketika Anda mulai berfikir untuk melucuti jubah Tuhan hingga telanjang bulat, maka Anda akan langsung dicegah oleh barisan pentolan-pentolannya. Kenapa bisa begitu? Tentu saja, karena Anda memang harus ikut-ikutan lugu seperti mereka, menikmati anggur Tuhan sampai mabok tiba. Mottonya :

"Kita tidak harus tahu, kawan. Yang penting mabok saja dulu. Berperang sambil ngarang dan sembah sampai mampus".

Lho, bagaimana kalau begini? Apakah benar Agama dan Tuhan itu jalan berdampingan? Sebenarnya menaiki kereta Agama, bisa sampai kepada Tuhan, atau tidak?

"Kita tidak perlu tahu, kawan. Yang penting mabok saja dulu. Berperang sambil ngarang dan sembah sampai mampus".
.
Filsuf Ngarang Pertama dan Terakhir.
Bung Plontos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun