Mohon tunggu...
Yoke S. Fabianto
Yoke S. Fabianto Mohon Tunggu... -

Konsultan Management & Industri Arsitek Konstruksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Kasus Dibisniskan

15 Juni 2015   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBwQtwIwAGoVChMIq8jWzMKRxgIVA7a8Ch23SwCe&url=http%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DMW1X4U2n9xc&ei=46x-VevKK4Ps8gW3l4HwCQ&usg=AFQjCNFOMGrSqWrWpn8J0Nmj8kVAIW5N8A&sig2=goIBE7hvE4x4HHNABE2tpA&bvm=bv.95515949,d.dGc

 

Walaupun terdapat korban tewas akibat kerusuhan dan pembakaran kantor polisi di Taliwang, Sumbawa Barat, hanya sekali saja diberitakan di media televisi, seakan kasus ini ditutupi oleh pihak kepolisian yang melarang media memberitakan lebih lanjut. Kasus ini bermula dari sebuah penganiyaan, pembunuhan serta pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur sebagaimana diberitakan Metro TV yang diunggah ke youtube, kebetulan juga berita ini disiarkan malam hari. Singkat cerita sekelompok warga yang mengetahui kasus ini melabrak pos polisi hingga membakar Mapolres Sumbawa Barat, untuk menuntut pihak Kepolisian karena telah melepaskan calon tersangka yang sedang ditahan di sana, sebagaimana diberitakan bahwa yang diduga pelaku ini adalah bapak korban sendiri.

Beberapa hari setelah itu penulis mencoba menelusuri dan mencari berita lanjutannya, serta menunggu pihak kepolisian menjelaskan duduk permasalahannya, terutama alasan mengapa melepas calon tersangka dan bagaimana kelanjutan penyelidikan kasus ini hingga tuntas, tetapi sampai hari ini tidak satupun berita memuat hal ini, hingga di media internet pun tidak muncul, beruntung masih ada berita di link youtube di atas. 

Sehari sebelumnya terdapat berita penculikan Angeline di Sanur, Bali, serta berita tentang ditemukannnya korban dalam keadaan tewas, penangkapan, penyelidikan, dan penetapan Agustinus Tai sebagai tersangka tunggal, yang juga membuat penulis jadi geram mengapa tidak segera memeriksa Margarit dan anak-anaknya, karena telah banyak temuan hari-demi hari yang mengarahkan dugaan bahwa ada perencanaan serta motif yang lebih besar dibalik kasus ini.

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sudah dianggap tumpul dalam memberantas korupsi dan lebih memberikan pembelaan terhadap koruptor, sampai di bentuknya KPK sebagai lembaga baru yang sebenarnya juga tidak perlu jika Kepolisian adalah institusi hukum yang bisa diandalkan, sekarang dalam penegakan hukum terutama hukum pidana malah melakukan bisnis jual beli keringanan dan pengalihan berita.

Kalau pihak Kepolisian mau membantah tulisan ini silakan saja mulai dari kasus Taliwang, jelaskan bahwa tidak ada jual beli yang berakibat lolosnya pelaku kejahatan itu, karena jika Polisi benar maka tidak mungkin warga mengamuk hingga membakar Mapolres. Dan buka seluas-luasnya informasi tentang pengusutan dan penyelidikan penganiayaan pelecehan seksual dan pembunuhan yang terjadi, sekalian peristiwa tewasnya seorang Ketua RT diantara warga yang melabrak Mapolres Sumbawa Barat tersebut.

Pihak Kelpolisian juga harus menjelaskan kenapa terjadi penundaan hingga masa penahanan dan pemeriksaan 2 kali 24 jam berakhir tidak sgera dapat menetapkan dan menjerat Margarit dan persekongkolan pembunuhan sadis Angeline, apakah masih dilakukan tawar menawar dengan Margarit? Karena dua hari lalu pengacara Margarit telah mengundurkan diri karena hal yang prinsip tidak bisa dilakukan pihak penasihat hukum. 

Sebagai masyarakat yang peduli dengan Kepolisian mari kita tingkatkan pengawasan kita jangan biarkan kasus yang mengenaskan ini dengan tega dan tanpa hati lagi dijadikan ladang bisnis oleh Polisi (baca: Oknum) sebagaimana penggunaan kata untuk mengkambinghitamkan dan aksi cuci tangan Institusi terhadap apa yang dilakukan personilnya.

(ysf) 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun