Mohon tunggu...
Yois Saputro
Yois Saputro Mohon Tunggu... pegawai negeri -

suka logika sederhana complicatedly simple bike-to-work-er milagroser

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Supermoon

11 Agustus 2014   17:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:50 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Malam tadi aku beruntung karena mengajak anak jalan-jalan ke taman kota selepas isya’. Menjelang jam 21.00 (waktu dinner untuk anak) dalam perjalan pulang baru aku sadar kalau bulan tampak lebih besar daripada hari-hari lain.

Jujur saja, aku terlambat mengikuti kabar tentang supermoon. Atau justru terlalu awal—lalu lupa. Seingatku, aku mendengar kabar tentang supermoon tahun ini sudah beberapa bulan yang lalu; dan aku mengira fenomena itu sudah terjadi saat itu untuk edisi tahun ini.

“Kayaknya ini bukan supermoon,” kataku pada istriku malam tadi ketika aku melihat bulan, “tapi ini dekat juga.”

Dan baru tadi pagi aku dengar dari kawan bahwa malam tadi itu betulan supermoon. Aku langsung merasa beruntung bahwa aku masih bisa membedakan perbedaan ukuran tampak bulan pas dia dekat dibanding ukuran ‘regularnya’ itu.

Yang menarik adalah betapa sejak maghrib—sejak bulan terbit di ufuk Timur—sembari bergerak menanjak menuju puncak kubah langit—dari sudut pandangku—bulan ternyata memangkas jaraknya dengan bumi hingga 26 km per menit. Jadi, ketika aku melihatnya selepas maghrib dan aku belum menyadari dekatnya jarak bulan ke bumi, jarak itu masih di kisaran 355 ribu kilommeter. Dan ketika aku menyadarinya dua jam kemudian, bulan telah 2.500 km lebih dekat ke mataku. Wow‼

Jarak terdekatnya tercapai pada tengah malam, tepatnya jam 00.11 (waktu di kampungku, WITA), yaitu sedekat 350.600 km. Memang masih kalah dibanding supermoon 12 Maret 2011 (pukul 00.15) yang mencapai 350.312 km. Tapi selisih sekitar 5.000 km antara waktu meninggalkan ufuk dan waktu di puncak kubah langit itu memang tampak beda ukurannya—bagi mataku.

Semoga aku masih akan panjang umur untuk bisa melihatnya lagi.

(Btw, angka-angka itu kudapat dari simulasi pakai software gratisan. ^_^ )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun